BacaTafsir Surat Al-Infitar ayat 1. Cari apa pun di Al-Qur'an dan pahami kandungannya dengan teknologi pencarian AI dan sumber terpercaya di Learn Quran Tafsir. (Al-Muzzammil: 18) Adapun firman Allah Swt: dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan. (Al-Infithar: 2) Maksudnya, jatuh berguguran. dan apabila lautan dijadikan meluap. (Al
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ ٱلْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا Arab-Latin Au zid 'alaihi wa rattilil-qur`āna tartīlāArtinya Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. Al-Muzzammil 3 ✵ Al-Muzzammil 5 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangHikmah Menarik Berkaitan Dengan Surat Al-Muzzammil Ayat 4 Paragraf di atas merupakan Surat Al-Muzzammil Ayat 4 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beraneka hikmah menarik dari ayat ini. Didapatkan beraneka penjabaran dari kalangan ulama tafsir terhadap isi surat Al-Muzzammil ayat 4, antara lain seperti berikut📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia1-4. Wahai orang yang berselimut dengan kain selimutnya, bangkitlah untuk shalat di malam hari kecuali sedikit darinya. Bangkitlah setengah malam, atau kurang dari setengah hingga sampai sepertiga, atau tambahlah di atas setengah hingga sampai dua pertiga. Bacalah al-Quran dengan tenang dan pelan, dengan huruf-huruf dan waqaf-waqaf yang jelas.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram4. Atau tambahkan hingga sampai dua pertiga malam, lalu bacalah Al-Qur`ān dengan jelas dan perlahan-lahan dalam membaca.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah4. Atau juga kalian tambah sehingga lebih dari separuh malam. Lalu bacalah Al-quran dengan perlahan dan sungguh-sungguh sehingga kalian bisa memahami dan mengambil maknanya. Tartil adalah adalah membaca keseluruhan huruf dengan memenuhi atau membaca sesuai dengan makhraj dan tajwidnyaMau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam MadinahAtau tambahlah lebih dari itu} lebih dari seperdua itu agar menjadi sepertiga {Bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan} dan jelaskanlah dengan terang Al-Qur'an ketika membacanya📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H1-5. Al-Muzammil adalah orang yang menutupi badannya dengan baju semakna dengan kata al-Mudatsir. Hal ini terjadi pada Rasulullah ketika Allah memuliakan beliau dengan risalah. Allah memulainya dengan menurunkan wahyu dengan mengutus Jibril menemui beliau. Rasulullah melihat sesuatu yang belum pernah beliau lihat sebelumnya dan tidak ada yang mampu bertahan atasnya melainkan hanya para rasul. Pada saat itu Rasulullah gemetar kala melihat Jibril. Kemudian Rasulullah pulang kepada istri beliau dan berkata, “Selimutilah aku, selimutilah aku.” Rasulullah menggigil ketakutan. Setelah itu datanglah jibril dan berkata, “Bacalah! Rasulullah menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Jibril memeluk erat beliau hingga Rosulullah kelelahan, Jibril mengajarkan bacaan padanya lalu Rasulullah pun membaca. Kemudian Allah menganugerahkan keteguhan padanya dan memberinya wahyu hingga mencapai tingkat yang belum pernah dicapai oleh para rasul sebelumnya. Subhanallah! Alangkah besarnya perbedaan antara permulaan kenabian dan akhirannya. Karena itulah Allah berfirman kepada Rasulallah dengan menyebutkan sifat seperti ini yang dilihat pada beliau pada saat pertama kali. Allah memerintahkan Rasulullah dengan berbagai ibadah yang berkaitan denganNya. Selanjutnya Allah memerintahkan beliau untuk bersabar atas gangguan kaumnya lalu memerintahkan untuk tegar dengan perintahNya dan mengumumkan dakwah beliau kepada Allah. Allah memerintah beliau dengan ibadah yang paling mulia, yaitu shalat pada waktu yang paling mantap dan utama qiyamul lail. Di antara rahmat Allah, Dia tidak memerintahkan Rasulullah untuk menghidupkan seluruh malam dengan shalat, tapi Allah berfirman, “Bangunlah untuk shalat di malam hari, kecuali sedikit darinya.” Selanjutnya Allah menentukannya, “Yaitu seperduanya atau kurangilah darinya,” yakni dari seperdua, “sedikit” misalnya sepertiganya, “atau lebih dari seperdua itu,” lebih dari seperdua seukuran dua pertiga malam , “dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan,” karena membaca al-Quran dengan perlahan bisa mendatangkan perenungan, pemikiran, bisa menggerakan kalbu, beribadah dengan tanda-tanda kebesaran Allah serta bersiap-siap secara sempurna untuk itu. Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat,” yakni, Kami akan mewahyukan al-Quran yang berat ini padamu. Yang dimaksud dengan berat adalah makna-maknanya yang agung, sifat-sifatnya yang luhur. Untuk itu, sesuatu yang sifatnya seperti ini layak dipersiapkan, dibaca secara perlahan, serta merenungkan apa yang tercakup di dalamnya.📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-SyawiSurat Al-Muzzammil ayat 4 1-4. Telah datang dalam shahih bukhari bahwa Nabi ﷺ ketika datang kepadanya Jibril dan Nabi pada saat itu beribadah di gua hira, kemudian turun kepadanya ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ, {Al Alaq 1}; Nabi pulang ke istrinya Khadijah, dan Nabi gemetar karena seolah ada yang menakutinya di tempat yang tidak pernah ia temui yang semisal dengannya. Nabi berkata kepada istrinya Selimuti aku, selimuti aku, sungguh aku sangat ketakutan. Kemudian Nabi kabarkan kepada istrinya atas kejadian sebenarnya. Maka Khadijah mengokohkan hatinya dan menenangkannya, kemudian ia menyelimutinya dengan kain selimut, atau berselimut dengannya. Kemudian Allah menyerunya dengan ramah dan lembut, Allah berkata Wahai manusia yang tertutup di tempat tidurnya, letakkan penutupmu dan kain selimut yang menutupimu. kerjakan shalat malam dengan ringan sebentar, dan bagimu masih memiliki setengah malam, atau pemudahlah shalatmu sampai datang sepertiga malam atau tambahkan setengah malam sampai datang sepertiga malam. Dan Allah memerintahkan untuk membaca Al Qur’an di sepanjang waktu shalat malam dengan bacaan yang dihayati, yakin, pelan dan perlahan, agar menolongmu paham Al Qur’an dan dapat dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, dua pertiga. Hal itu, karena membaca Al Qur’an dengan tartil dapat membantu untuk mentadabburi dan memikirkan maknanya, menggerakkan hati, dapat beribadah dengan ayat-ayatnya dan dapat menjadikan diri bersiap-siap secara sempurna fokus kepadanya.📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Muzzammil Ayat 41-4. Di akhir surah al-jinn dijelaskan tentang keagungan Al-Qur'an dan pemeliharaan Allah atas wahyu yang diturunkannya tersebut, sedangkan di awal surah ini berisi petunjuk kepada nabi Muhammad untuk mempersiapkan diri menghadapi turunnya wahyu yang berat. Wahai orang yang berselimut, yaitu nabi Muhammad! bangunlah untuk mengerjakan salat dan bermunajat kepada Allah pada malam hari, kecuali sebagian kecil dari waktu malammu dapat digunakan untuk istirahat tidur, yaitu separuhnya atau kurang sedikit dari itu, atau lebih dari seperdua itu, dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan dengan bacaan yang baik dan benar. 5. Mengapa Allah memerintahkan nabi Muhammad untuk beribadah di waktu malam, alasannya disebut dalam ayat ini. Sesungguhnya kami melalui malaikat jibril akan menurunkan perkataan yang berat yaitu firman-firman Allah berupa Al-Qur'an kepadamu wahai nabi dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Demikian variasi penjelasan dari kalangan mufassirun terhadap makna dan arti surat Al-Muzzammil ayat 4 arab-latin dan artinya, semoga memberi kebaikan bagi kita bersama. Support dakwah kami dengan mencantumkan hyperlink ke halaman ini atau ke halaman depan Konten Banyak Dibaca Telaah ratusan konten yang banyak dibaca, seperti surat/ayat Al-Fatihah, Al-A’la, Al-Hujurat 13, Al-Falaq, Adh-Dhuha, Al-Qadr. Ada juga An-Naba, Yusuf 28, Do’a Setelah Adzan, Seribu Dinar, Al-Kafirun, Al-Isra 32. Al-FatihahAl-A’laAl-Hujurat 13Al-FalaqAdh-DhuhaAl-QadrAn-NabaYusuf 28Do’a Setelah AdzanSeribu DinarAl-KafirunAl-Isra 32 Pencarian innamaalusriyusra, al imran 31, la ikraha fiddin, surah al zalzalah latin, surah al-a’la Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah
MResky S 29/05/2020. Kandungan Surah Al-Muzzammil Ayat 10-18 ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad supaya sabar dan menahan diri menghadapi orang-orang musyrik yang melontarkan kata-kata yang tidak senonoh terhadap dirinya dan Tuhannya, karena kesabaran membawa kepada tercapainya cita-cita.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلْمُزَّمِّلُArab-Latin yā ayyuhal-muzzammilArtinya 1. Hai orang yang berselimut Muhammad,قُمِ ٱلَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًاqumil-laila illā qalīlā2. bangunlah untuk sembahyang di malam hari, kecuali sedikit daripadanya,نِّصْفَهُۥٓ أَوِ ٱنقُصْ مِنْهُ قَلِيلًاniṣfahū awingquṣ min-hu qalīlā3. yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ ٱلْقُرْءَانَ تَرْتِيلًاau zid alaihi wa rattilil-qur`āna tartīlā4. atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan سَنُلْقِى عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًاinnā sanulqī alaika qaulan ṡaqīlā5. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang نَاشِئَةَ ٱلَّيْلِ هِىَ أَشَدُّ وَطْـًٔا وَأَقْوَمُ قِيلًاinna nāsyi`atal-laili hiya asyaddu waṭ`aw wa aqwamu qīlā6. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat untuk khusyu’ dan bacaan di waktu itu lebih لَكَ فِى ٱلنَّهَارِ سَبْحًا طَوِيلًاinna laka fin-nahāri sab-ḥan ṭawīlā7. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang banyak.وَٱذْكُرِ ٱسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًاważkurisma rabbika wa tabattal ilaihi tabtīlā8. Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ٱلْمَشْرِقِ وَٱلْمَغْرِبِ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ فَٱتَّخِذْهُ وَكِيلًاrabbul-masyriqi wal-magribi lā ilāha illā huwa fattakhiż-hu wakīlā9. Dialah Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَٱهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيلًاwaṣbir alā mā yaqụlụna wahjur-hum hajran jamīlā10. Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang وَٱلْمُكَذِّبِينَ أُو۟لِى ٱلنَّعْمَةِ وَمَهِّلْهُمْ قَلِيلًاArab-Latin wa żarnī wal-mukażżibīna ulin-na’mati wa mahhil-hum qalīlāArtinya 11. Dan biarkanlah Aku saja bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang لَدَيْنَآ أَنكَالًا وَجَحِيمًاinna ladainā angkālaw wa jaḥīmā12. Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang ذَا غُصَّةٍ وَعَذَابًا أَلِيمًاwa ṭa’āman żā guṣṣatiw wa ażāban alīmā13. Dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang تَرْجُفُ ٱلْأَرْضُ وَٱلْجِبَالُ وَكَانَتِ ٱلْجِبَالُ كَثِيبًا مَّهِيلًاyauma tarjuful-arḍu wal-jibālu wa kānatil-jibālu kaṡībam mahīlā14. Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir yang أَرْسَلْنَآ إِلَيْكُمْ رَسُولًا شَٰهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَآ أَرْسَلْنَآ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ رَسُولًاinnā arsalnā ilaikum rasụlan syāhidan alaikum kamā arsalnā ilā fir’auna rasụlā15. Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu hai orang kafir Mekah seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus dahulu seorang Rasul kepada Fir’ فِرْعَوْنُ ٱلرَّسُولَ فَأَخَذْنَٰهُ أَخْذًا وَبِيلًاfa aṣā fir’aunur-rasụla fa akhażnāhu akhżaw wabīlā16. Maka Fir’aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang تَتَّقُونَ إِن كَفَرْتُمْ يَوْمًا يَجْعَلُ ٱلْوِلْدَٰنَ شِيبًاfa kaifa tattaqụna ing kafartum yaumay yaj’alul-wildāna syībā17. Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak مُنفَطِرٌۢ بِهِۦ ۚ كَانَ وَعْدُهُۥ مَفْعُولًاas-samā`u munfaṭirum bih, kāna wa’duhụ maf’ụlā18. Langitpun menjadi pecah belah pada hari itu. Adalah janji-Nya itu pasti هَٰذِهِۦ تَذْكِرَةٌ ۖ فَمَن شَآءَ ٱتَّخَذَ إِلَىٰ رَبِّهِۦ سَبِيلًاinna hāżihī tażkirah, fa man syā`attakhaża ilā rabbihī sabīlā19. Sesungguhnya ini adalah suatu peringatan. Maka barangsiapa yang menghendaki niscaya ia menempuh jalan yang menyampaikannya kepada إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَىٰ مِن ثُلُثَىِ ٱلَّيْلِ وَنِصْفَهُۥ وَثُلُثَهُۥ وَطَآئِفَةٌ مِّنَ ٱلَّذِينَ مَعَكَ ۚ وَٱللَّهُ يُقَدِّرُ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ ۚ عَلِمَ أَن لَّن تُحْصُوهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ ۖ فَٱقْرَءُوا۟ مَا تَيَسَّرَ مِنَ ٱلْقُرْءَانِ ۚ عَلِمَ أَن سَيَكُونُ مِنكُم مَّرْضَىٰ ۙ وَءَاخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِى ٱلْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ ۙ وَءَاخَرُونَ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۖ فَٱقْرَءُوا۟ مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ ۚ وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَقْرِضُوا۟ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا ۚ وَمَا تُقَدِّمُوا۟ لِأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا ۚ وَٱسْتَغْفِرُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌۢinna rabbaka ya’lamu annaka taqụmu adnā min ṡuluṡayil-laili wa niṣfahụ wa ṡuluṡahụ wa ṭā`ifatum minallażīna ma’ak, wallāhu yuqaddirul-laila wan-nahār, alima al lan tuḥṣụhu fa tāba alaikum faqra`ụ mā tayassara minal-qur`ān, alima an sayakụnu mingkum marḍā wa ākharụna yaḍribụna fil-arḍi yabtagụna min faḍlillāhi wa ākharụna yuqātilụna fī sabīlillāhi faqra`ụ mā tayassara min-hu wa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāta wa aqriḍullāha qarḍan ḥasanā, wa mā tuqaddimụ li`anfusikum min khairin tajidụhu indallāhi huwa khairaw wa a’ẓama ajrā, wastagfirullāh, innallāha gafụrur raḥīm20. Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri sembahyang kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan demikian pula segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah bagimu dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh balasannya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha ke-73 al-Muzzammil, artinya Orang yang berselimut, lengkap ayat 1-20. Berisikan keterangan tentang bekal rohani untuk para dai dalam menghadapi kesulitan dan kesusahan hidup, sebagai peneguhan untuk Nabi -ṣallallāhu alaihi wa sallam- dan ancaman bagi orang-orang yang mendustakannya.
SuratAl-Muzzammil Ayat 19. Tafsir Quraish Shihab Diskusi (Sesungguhnya ini) yaitu ayat-ayat yang memperingatkan ini (adalah suatu peringatan) suatu nasihat bagi semua makhluk. (Maka barang siapa yang menghendaki niscaya ia menempuh jalan kepada Rabbnya) menempuh jalan yang menyampaikan kepada-Nya, yaitu melalui iman dan taat kepada-Nya.
وَذَرۡنِى وَٱلۡمُكَذِّبِينَ أُوْلِى ٱلنَّعۡمَةِ وَمَهِّلۡهُمۡ قَلِيلًا وَذَرۡنِى وَٱلۡمُكَذِّبِينَ أُوْلِى ٱلنَّعۡمَةِ وَمَهِّلۡهُمۡ قَلِيلًا وَذَرۡنِي dan biarkan Aku وَٱلۡمُكَذِّبِينَ dan orang-orang yang mendustakan ٱلنَّعۡمَةِ kenikmatan/kemewahan وَمَهِّلۡهُمۡ dan beri tempo mereka قَلِيلًا sedikit/sebentar وَذَرۡنِي dan biarkan Aku وَٱلۡمُكَذِّبِينَ dan orang-orang yang mendustakan ٱلنَّعۡمَةِ kenikmatan/kemewahan وَمَهِّلۡهُمۡ dan beri tempo mereka قَلِيلًا sedikit/sebentar Terjemahan Biarkanlah Aku yang bertindak terhadap para pendusta yang memiliki segala kenikmatan hidup dan berilah mereka penangguhan sementara. Tafsir Dan biarkanlah Aku maksudnya biar Aku saja yang bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu lafal al-mukadzdzibiin diathafkan kepada maf`ul atau kepada maf'ul ma`ah. Maknanya Akulah yang akan bertindak terhadap mereka; mereka adalah pemimpin-pemimpin kaum Quraisy orang-orang yang mempunyai kemewahan kemewahan hidup dan beri tangguhlah mereka barang sebentar dalam jangka waktu yang tidak lama, dan ternyata selang beberapa waktu kemudian, akhirnya mereka mati terbunuh dalam perang Badar. Topik
1 يَٰٓأَيُّهَا ٱلْمُزَّمِّلُ yā ayyuhal-muzzammil 1. Hai orang yang berselimut (Muhammad). Tafsir : Secara umum ada dua tafsiran terkait ayat ini yaitu ada yang menafsirkan secara hakiki, dan ada yang menafsirkan secara majazi. Penafsiran hakiki maksudnya adalah Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang sedang
Surat Al-Muzzammil Orang yang berselimut 20 Ayat • Surat ke 73 • Makkiyah يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ 1. Hai orang yang berselimut Muhammad, قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا 2. bangunlah untuk sembahyang di malam hari, kecuali sedikit daripadanya, نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا 3. yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا 4. atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا 5. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat. إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا 6. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat untuk khusyu' dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. إِنَّ لَكَ فِي النَّهَارِ سَبْحًا طَوِيلًا 7. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang banyak. وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا 8. Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan. رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلًا 9. Dialah Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيلًا 10. Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.
KandunganSurah Al Muzzammil. ۞ QS. 73:1 • Pertemuan Jibril dan Nabi pada saat awal turun wahyu. ۞ QS. 73:9 • Tauhid Uluhiyyah • Segala sesuatu milik Allah • Ar Rabb (Tuhan) • Al Wakil (Maha Penolong) •. ۞ QS. 73:11 • Penangguhan (siksa) orang kafir di dunia • Maksiat dan dosa.
Surah Al-Muzzammil termasuk ke dalam surah Makkiyah sebagaimana pendapat jumhur ulama[1]. Sebagian ulama yang lain seperti Al-Qurthubi rahimahullah menyatakan bahwasanya surah Al-Muzzammil adalah surah Madaniyah[2]. Akan tetapi inilah khilaf di kalangan para ulama, hanya saja jumhur ulama berpendapat bahwasanya surah Al-Muzzammil termasuk surah Makkiyah karena isinya mengesankan bahwasanya ayat-ayat tersebut adalah ayat Makkiyah. Di antaranya adalah karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam diperintahkan untuk bersabar dengan ucapan orang-orang musyrikin dan ayat-ayatnya berbicara tentang hari kiamat, yang ini semua mendukung pendapat bahwasanya surah Al-Muzzammil adalah surah Makkiyah. Allah Subhanahu wa ta’ala membuka surah ini dengan berfirman, يَاأَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ “Wahai orang yang berselimut Muhammad.” QS. Al-Muzzammil 1 Secara umum ada dua tafsiran terkait ayat ini yaitu ada yang menafsirkan secara hakiki, dan ada yang menafsirkan secara majazi. Penafsiran hakiki maksudnya adalah Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam yang sedang memakai selimut. Adapun yang penafsiran majazi maksudnya adalah Allah Subhanahu wa ta’ala memanggil Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam yang diselimuti dengan syariat, Alquran, atau kenabian. Adapun makna hakiki, jika kita bisa membawa makna ayat ini kepadanya maka ini yang lebih utama. Dan benar-benar Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sedang berselimut. Di antaranya adalah ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sedang ketakutan sebagaimana hadits yang menceritakan tentang Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang didatangi oleh malaikat Jibril. Ketika itu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ketakutan dan gemetar turun dari gua Hira menuju istrinya Khadijah radhiallahu anha dan berkata, زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي، فَزَمَّلُوهُ حَتَّى ذَهَبَ عَنْهُ الرَّوْعُ “Selimuti aku, selimuti aku!” Beliau pun diselimuti hingga hilang ketakutannya.”[3] Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits-hadits sering disebutkan tidur dalam keadaan berselimut. Maka secara dzahir ayat ini ditafsirkan dengan penafsiran hakiki, yaitu ayat ini benar-benar turun tatkala Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sedang berselimut. Al-Qurthubi rahimahullah menyebutkan bahwa panggilan Allah Subhanahu wa ta’ala kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam ayat ini ada dua penafsiran[4]. Penafsiran pertama adalah Allah Subhanahu wa ta’ala memanggil Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dengan panggilan yang sedang beliau alami adalah bentuk mulathafah, yaitu kelembutan Allah Subhanahu wa ta’ala kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Karena merupakan kebiasaan orang-orang Arab yang ingin berlemah lembut kepada seseorang, maka mereka akan memanggil orang tersebut dengan sebutkan kondisi yang sedang dia alami. Contoh lain dalam hal ini adalah kisah tatkala Fathimah radhiallahu anha sedang ada masalah dengan Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu. Sahl bin Sa’id menceritakan, جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْتَ فَاطِمَةَ فَلَمْ يَجِدْ عَلِيًّا فِي البَيْتِ، فَقَالَ أَيْنَ ابْنُ عَمِّكِ؟ قَالَتْ كَانَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ شَيْءٌ، فَغَاضَبَنِي، فَخَرَجَ، فَلَمْ يَقِلْ عِنْدِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِإِنْسَانٍ انْظُرْ أَيْنَ هُوَ؟ فَجَاءَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، هُوَ فِي المَسْجِدِ رَاقِدٌ، فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُضْطَجِعٌ، قَدْ سَقَطَ رِدَاؤُهُ عَنْ شِقِّهِ، وَأَصَابَهُ تُرَابٌ، فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُهُ عَنْهُ، وَيَقُولُ قُمْ أَبَا تُرَابٍ، قُمْ أَبَا تُرَابٍ “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam datang ke rumah Fatimah namun Ali tidak ada di rumah. Beliau lalu bertanya Kemana putra pamanmu?’ Fatimah menjawab, Antara aku dan dia terjadi sesuatu hingga dia marah kepadaku, lalu dia pergi dan tidak tidur siang di rumahku’. Maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada seseorang Carilah, dimana dia’. Kemudian orang itu kembali dan berkata, Wahai Rasulullah, dia ada di masjid sedang tidur’. Maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mendatanginya, ketika itu Ali sedang berbaring sementara kain selendangnya jatuh di sisinya hingga ia terkena pasir. Maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membersihkannya seraya berkata, Bangunlah wahai Abu Thurab, banugnlah Abu Thurab’.”[5] Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang memanggil Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu dengan kondisinya saat itu yang penuh dengan pasir, beliau memanggilnya dengan sebutan “Bangunlah Wahai Abu Thurab”. Demikian pula dalam suatu hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah memanggil Hudzaifah radhiallahu anhu dengan berkata, قُمْ يَا نَوْمَانُ “Bangunlah wahai orang yang sedang tidur.”[6] Oleh karenanya ayat ini menunjukkan bahwa tatkala Allah Subhanahu wa ta’ala ingin memerintahkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dengan perintah yang berat, yaitu wajibnya shalat malam, maka Allah Subhanahu wa ta’ala memanggil Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dengan kelembutan dengan mengatakan, يَاأَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ “Wahai orang yang berselimut Muhammad.” Penafsiran kedua adalah ayat ini sebagai peringatan. Ketika Allah Subhanahu wa ta’ala memanggil dengan menyebutkan sifat “Wahai orang-orang yang berselimut”, maka panggilan ini juga bisa berlaku bagi orang selain Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, yaitu umatnya yang berselimut untuk bangun shalat malam. Karena ayat ini secara dzahir tidak mengkhususkan penyebutan kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, melainkan kepada manusia secara umumnya. Oleh karenanya bagi siapapun yang tidur berselimut hendaknya mengingat ayat ini, karena Nabi kita pernah berselimut dan dipanggil oleh Allah Subhanahu wa ta’ala untuk bangun shalat malam[7]. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا، نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا، أَوْ زِدْ عَلَيْهِ “Bangunlah untuk shalat pada malam hari, kecuali sebagian kecil, separuhnya atau kurang sedikit dari itu, atau lebih dari seperdua itu.” QS. Al-Muzzammil 2 Jika sekiranya waktu antara shalat isya dan subuh adalah delapan jam, maka ayat menjelaskan kepada kita bahwa kita diperintahkan shalat malam kurang lebih enam jam lebih sedikit dari sepenuhnya, atau empat jam setengahnya, atau tiga jam lebih sedikit dari setengah, atau lima jam lebih dari setengahnya. Intinya adalah ayat ini merupakan dalil diperintahkannya shalat malam. Sebagian ulama kontemporer menamakan surah Al-Muzzammil ini adalah surah زَادُ الدَّاعِيَةِ bekal seorang Da’i. Karena ayat-ayat ini turun di awal-awal Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berdakwah, dimana di siang hari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam akan berdakwah menghadapi berbagai macam cobaan dan gangguan, maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam harus memulihkan kembali imannya di malam hari. Oleh karenanya Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan beliau untuk shalat dengan lama, karena untuk “mencharger” iman juga membutuhkan waktu yang lama, agar di siang hari beliau Shallallahu alaihi wa sallam lebih mudah berbagai macam problematika kehidupan dan dakwah. Maka orang yang ingin dimudahkan urusannya oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, maka sisihkanlah waktu untuk bangun malam dan bermunajat kepada Rabb-Nya. Barangsiapa yang merelakan dirinya untuk melawan kantuk dan rasa nikmat dari tidurnya karena Allah Subhanahu wa ta’ala, maka tentu usahanya akan menjadi perhatian Allah Subhanahu wa ta’ala, terlebih lagi jika dia bermunajat di sepertiga malam yang terakhir. Berdasarkan ayat ini, sebagian para ulama berdalil bahwasanya yang menjadi patokan seseorang dalam shalat malam bukanlah jumlah rakaat, melainkan adalah berapa lama seseorang shalat malam. Karena para ulama telah Ijma’ bahwasanya shalat malam boleh lebih dari 11 rakaat, dan ini juga merupakan pendapat yang dipraktikan sebagian sahabat dan tabi’in, dan juga pendapat empat imam mazhab, dan tidaklah menyelisihi hal ini kecuali ulama muta’akhirin seperti Ash-Shan’ani yang mengatakan bahwa barangsiapa yang melanggengkan shalat tarawih 20 rakaat maka itu adalah bid’ah. Akan tetapi sebenarnya shalat malam lebih dari sebelas rakaat adalah boleh menurut ijma’ para ulama, dan banyak tulisan dalam masalah ini, karena yang menjadi patokan seseorang dalam ibadah di malam hari adalah waktunya dan bukan jumlah rakaatnya sebagaimana dalam ayat ini Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman tentang masalah waktu. Oleh karenanya dalam suatu hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, أَحَبُّ الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ، كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ، وَيَنَامُ سُدُسَهُ، وَيَصُومُ يَوْمًا، وَيُفْطِرُ يَوْمًا “Shalat yang paling Allah cintai adalah shalatnya Nabi Daud alaihissalam. Nabi Daud alaihissalam tidur hingga pertengahan malam lalu shalat pada sepertiganya kemudian tidur kembali pada seperenam akhir malamnya.” Muttafaqun alaih[8] Dan Allah Subhanahu wa ta’ala juga memuji orang-orang bertakwa dalam firman-Nya, كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ “Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam.” QS. Adz-Dzariyat 17 Maka yang menjadi patokan adalah waktunya dan bukan masalah jumlah rakaat. Oleh karenanya dahulu para salaf berusaha untuk shalat malam dengan waktu yang lama. Adapun untuk mencapai shalat malam yang lama ini, bisa ditempuh dengan dua metode, yaitu mempersedikit rakaat dan memperpanjang berdiri sebagaimana Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, atau dengan memperpendek berdiri dan memperbanyak rakaat sebagaimana yang diterapakn oleh para salaf. Adapun metode yang tepat bagi seseorang maka kembali kepada orang tersebut, yang terpenting adalah waktu habis dengan shalat. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” QS. Al-Muzzammil 4 Membaca Alquran dengan tartil bisa memberikan faedah yang sangat besar, di antaranya adalah bisa membuat seseorang derajatnya naik di akhirat kelak. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ، وَارْتَقِ، وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا، فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا “Dikatakan kepada Shahibul Quran Bacalah, dan naiklah, serta bacalah dengan tartil jangan terburu-buru, sebagaimana engkau membaca dengan tartil di dunia, sesungguhnya tempatmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca’.”[9] Tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa seseorang harus menghafalkan Alquran untuk bisa mendapatkan keutamaan tersebut, akan tetapi ketika disebutkan Shahibul Quran, maka ini menunjukkan bahwa orang tersebut senantiasa membaca Alquran. Namun tentu tidak diragukan orang yang hafal al-Qur’an tentu akan selalu mengulang-ngulangi bacaannya untuk menjaga hafalannya. Apa yang dimaksud dengan tartil? Kalau kita membaca penafsiran para salaf, maka tartil akan kembali kepada makna yang paling utama yaitu membaca dengan perlahan dan dengan tadabur[10]. Adapun membaca perlahan itu sudah pasti akan memudahkan seseorang untuk menadaburi. Hasan Al-Bashri meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah melewati seorang laki-laki yang sedang membaca suatu ayat, kemudian orang tersebut menangis. Maka Rasulullah ﷺ berkata kepadanya, أَلَم تَسْمَعُوا إِلَى قَوْلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا هَذَا التَّرْتِيلُ “Apakah Kalian belum mendengar firman Allah ﷻ “Dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil” ?, inilah yang namanya tartil”[11] Demikian pula Ad-Dahhak berkata, إِقْرَأْ حَرْفًا “Bacalah huruf demi huruf pelan-pelan.”[12] Mujahid juga berkata, أَحَبُّ النَّاسِ فِي الْقِرَاءَةِ إِلَى اللهِ أَعْقَلُهُمْ عَنْهُ “Orang yang paling dicintai oleh Allah dalam membaca Alquran adalah yang paling mengerti apa yang dibaca”[13]. Ini menunjukkan bahwa makna tartil kembali kepada tadabur. Dan di antara sarana agar seseorang bisa tadabur adalah membaca dengan pelan-pelan. Oleh karenanya Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsrinya tatkala menyebutkan tartil, beliau membawakan dua makna yaitu memahami maknanya dan dibaca dengan tajwid yang indah[14], sehingga jika digabungkan keduanya maka itulah yang disebut sebagai tartil dan Ibnu Katsir rahimahullah membawakan beberapa dalil sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam di antaranya, زَيِّنوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ “Hiasilah Al Qur`an dengan suara kalian.”[15] لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِالْقُرْآنِ “Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak melagukan bacaan Alquran.”[16] Dan tatkala Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mendengar bacaan Abu Al-Hasan Al-Asy’ari radhiallahu anhu, maka beliau berkata, لَقَدْ أُوتِيَ هذا مِزْمَاٌر مِنْ مَزَامِيرِ آلِ دَاوُدَ “Sesungguhnya orang ini telah dianugerahi suara yang indah seperti suara keluarga Daud.”[17] Maka agar seseorang bisa membaca Alquran dengan tartil, maka dia berusaha untuk membaca dengan pelan dan suara yang indah yang disertai dengan tajwid dan tadabur. Dan orang yang membaca dengan tartillah yang akan menaikkan dirinya derajat demi derajat. Dan bukanlah tartil itu yang membaca dengan cepat untuk memenuhi target tertentu. Karena sebagaimana perkataan Fudhail bin Iyadh, إِنَّمَا نَزَلَ الْقُرْآنُ لِيُعْمَلَ بِهِ فَاتَّخَذَ النَّاسُ قِرَاءَتَهُ عَمَلًا “Sesungguhnya Alquran diturunkan untuk diamalkan, akan tetapi manusia menjadikan membacanya sebagai amalannya.”[18] Maka untuk bisa mengamalkan, maka harus dibaca terlebih dahulu, kemudian memahami, lalu bisa mengamalkan. Oleh karenanya tadabur adalah perpaduan antara bacaan dan memahami. Setelah seseorang sudah sampai pada derajat tadabur, setelah itu baru bisa mengamalkan apa yang dia baca. Maka sembari kita semangat membaca Alquran, maka jangan lupa kita sisihkan waktu untuk membaca tafsir, karena itu akan membantu kita agar bisa khusyuk dalam shalat. Ayat ini juga menjadi dalil akan keutamaan membaca Alquran di malam hari, terutama dalam shalat. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا “Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu.” QS. Al-Muzzammil 5 Sepakat para Ahli Tafsir dengan berbagai macam pendapat mereka, yang dimaksud dengan قَوْلًا ثَقِيلًا adalah ayat-ayat Allah Subhanahu wa ta’ala Alquran. Hanya saja para ulama khilaf tentang apa maksud Alquran dikatakan berat oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Sebagian Ahli Tafsir mengatakan bahwasanya dzahirnya Alquran jika diturunkan sungguh sangat berat. Oleh karenanya ketika Alquran diturunkan, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bercucuran keringat seperti orang yang di fashdu[19] padahal sedang musim dingin[20]. Demikian pula ketika ayat turun di saat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sedang naik unta, maka unta tersebut langsung duduk sampai-sampai lehernya pun menempel di tanah tanpa bergerak sedikitpun karena saking beratnya Alquran yang turun kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam[21]. Demikianlah pula Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pernah bersandar kepada seseorang ketika suatu ayat turun, dan orang yang disandari oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam merasa sangat berat dengan sandaran Nabi Shallallahu alaihi wa sallam[22]. Oleh karenanya sebagian para ulama menafsirkan bahwa yang dimaksud Alquran itu berat adalah karena Alquran ketika turun merupakan perkara yang berat bagi Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, sehingga ayat ini merupakan peringatan agar Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersiap-siap dengan melakukan shalat malam untuk menguatkan beliau. Sebagian Ahli Tafsir yang lain berpendapat bahwasanya Alquran itu sangat berat di timbangan pada hari akhir. Sebagian yang lain mengatakan bahwasanya Alquran itu berat bagi orang-orang munafik dan orang-orang kafir, yaitu berat bagi mereka untuk membacanya, berat bagi mereka untuk memahaminya. Sebagian Ahli Tafsir yang lain menyebutkan bahwa Alquran itu berat maksudnya adalah hukumnya berat, yaitu menjalankan perintah di dalam Alquran adalah berat dan tidak mudah[23]. Adapun Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah menyebutkan bahwa yang dimaksud Alquran itu berat adalah kandungannya sangat dalam, sehingga perlu konsentrasi tinggi dalam mendengarkannya agar bisa menyerap maknanya[24]. Wallahu a’lam bishshawwab, inilah yang merupakan pendapat yang paling tepat. Oleh karenanya tatkala ada seseorang yang datang kepada Imam Malik dan bertanya terkait masalah agama, ternyata Imam Malik tidak bisa menjawab. Dari 100 pertanyaan, beliau hanya menjawab beberapa pertanyaan saja. Akhirnya ada seseorang yang datang dan bertanya dengan berkata Ini masalah yang ringan’, maka beliau marah dan berkata, مَسْأَلةٌ خَفِيفَةٌ سَهْلَةٌ!! لَيْسَ فِي العِلْمِ شَيْءٌ خَفِيْفٌ، أَمَا سَمِعتَ قَوْلَ اللهِ تعالى إنَّا سَنُلْقِي عَلَيكَ قولاً ثَقيلاً، فَالعِلمُ كُلُّه ثقِيلٌ، وخَاصةً مَا يُسأَل عَنهُ يومَ القِيامةِ “Bagaimana masalah tersebut ringan dan mudah? Tidak ada ilmu yang ringan. Tidakkah Anda mendengar firman Allah ta’ala Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat’ QS. Al-Muzzammil 5. Semua ilmu adalah berat, khususnya yang akan ditanya pada hari kiamat.”[25] Oleh karenanya Ibnul Qayyim juga memiliki buku berjudul I’laamul Muwaqqi’in an Rabbil Alamin. Buku ini menunjukkan bahwasanya orang yang berfatwa itu mewakili Allah Subhanahu wa ta’ala, sehingga tidak sembarang orang bisa berbicara mengenai agama. Oleh karenanya Imam Malik membacakan firman Allah ini untuk menunjukkan bahwasanya Alquran itu berat kandungannya, maknanya, dan berat pula tanggung jawabnya. Maka inilah pendapat yang benar bahwasanya maksud Alquran itu berat adalah kandungannya dalam dan berat. Adapun syariat Islam tidak berat. Karena syariat Islam bisa dikerjakan oleh hamba-hamba Allah Subhanahu wa ta’ala. Terlebih lagi Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda, بُعِثْتُ بِالْحَنِيفِيَّةِ السَّمْحَةِ “Aku diutus dengan membawa agama lurus yang mudah.”[26] Allah Subhanahu wa ta’ala juga berfirman, وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ “Dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama.” QS. Al-Hajj 78 Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا “Sungguh, bangun malam itu lebih kuat mengisi jiwa, dan bacaan pada waktu itu lebih berkesan.” QS. Al-Muzzammil 6 Secara umum ada dua tafsiran tentang نَاشِئَةَ اللَّيْلِ. Tafsiran pertama, نَاشِئَةَ اللَّيْلِ adalah waktu-waktu malam seluruhnya[27]. Adapun tafsiran kedua, نَاشِئَةَ اللَّيْلِ adalah kondisi dimana seseorang bangun malam setelah tidur terlebih dahulu, dan pendapat ini dipilih oleh Ibnu Taimiyah rahimahullah[28]. Maksud ayat ini adalah bacaan Alquran di malam hari itu lebih mengena. Antara lisan dan hati cenderung cocok, sehingga orang akan lebih mudah memahami dan lebih konsentrasi tatkala Alquran dibaca di malam hari. Hal tersebut dikarenakan pada malam seseorang telah tenang dan terlepas dari pernak-pernik kesibukan dunia. Sehingga ketika dia istirahat, kemudian dia bangun dari istirahatnya, maka dia bisa konsentrasi terhadap Allah Subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana telah disebutkan bahwa para ulama menyebutkan bahwa membaca Alquran di malam hari memiliki keutamaan tersendiri, maka ayat ini adalah dalilnya. Terlebih lagi dalam suatu hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُولُ الصِّيَامُ أَيْ رَبِّ، مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ، وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ، قَالَ فَيُشَفَّعَانِ “Puasa dan Alquran kelak pada hari kiamat akan memberi syafaat kepada seorang hamba. Puasa berkata, Wahai Rabb, aku telah menahannya dari makanan dan nafsu syahwat di siang hari, maka izinkahlah aku memberi syafaat kepadanya’. Dan Al Qur’an berkata. Aku telah menahannya dari tidur di malam hari, maka izinkanlah aku memberi syafaat kepadanya’. Beliau melanjutkan sabdanya, Maka mereka puasa dan Alquran memberi syafaat kepadanya.”[29] Diantara keutamaan membaca Alquran di malam hari adalah lebih mudah untuk ditadaburi dan lebih menyatukan antara lisan dan hati. Dan keutamaan ini lebih mudah untuk dicapai ketika Alquran di baca dalam shalat di malam hari. Oleh karenanya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan bahwa Alquran paling afdhal utama dibaca tatkala sedang shalat, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam surah Al-Muzzammil ini. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, إِنَّ لَكَ فِي النَّهَارِ سَبْحًا طَوِيلًا “Sesungguhnya pada siang hari engkau memiliki waktu yang panjang sehingga engkau bisa menunaikan hajatmu.” QS. Al-Muzzammil 7 Ada beberapa penafsiran dari kata سَبْحًا طَوِيلًا. Ada yang menafsirkan bahwa maksudnya adalah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memiliki waktu yang panjang di siang hari untuk menyelesaikan hajat-hajat, sehingga malam hari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam adalah waktu untuk Allah Subhanahu wa ta’ala shalat malam[30]. Sebagian yang lain mengatakan bahwa maksudnya adalah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memiliki waktu di siang hari untuk tidur setelah di malam hari beliau begadang untuk shalat malam[31]. Maka siang memiliki waktu yang panjang untuk mengurus segala hajat, sehingga di malam hari kita bisa menyisihkan waktu untuk berkhalwat dengan Allah Subhanahu wa ta’ala. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا “Dan sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati.” QS. Al-Muzzammil 8 Firman Allah Subhanahu wa ta’ala, وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ “Dan sebutlah nama Tuhanmu.” Sebagian ulama menafsirkan bahwa maksud firman Allah ini adalah, ادْعُهُ بِأَسْمَائِهِ الْحُسْنَى “Berdoa kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya yang indah.”[32] Sebagian ulama yang lain menyebutkan bahwa maksudnya adalah jangan lupa untuk membaca basmalah di awal hendak shalat agar mendapatkan pertolongan dan kemudahan. Sebagian yang lain mengatakan bahwa maksudnya adalah shalatlah karena Allah Subhanahu wa ta’ala ikhlas. Ini semua adalah penafsiran para ulama tentang ayat ini[33]. Firman Allah Subhanahu wa ta’ala وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا “Dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati.” تَبَتَّلْ maknanya adalah, الِانْقِطَاعُ إِلَى عِبَادَةِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ “Memutuskan segala hubungan menuju ibadah kepada Allah Azza wa Jalla.”[34] Sehingga makna ayat ini adalah memutuskan diri dari perkara-perkara lain yang menyibukkan seseorang agar bisa konsentrasi terhadap Allah Subhanahu wa ta’ala dalam shalat. Oleh karenanya ini adalah perintah dari Allah Subhanahu wa ta’ala bahwasanya tatkala seseorang sedang shalat malam, maka dia harus benar-benar memutuskan dirinya dengan dunia, kemudian dia sambung kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Karena urusan dunia bisa menyibukkan diri sehingga tidak bisa fokus kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Ibnul Arabi berkata tentang ayat ini, وَأَمَّا الْيَوْمُ وَقَدْ مَرِجَتْ عُهُودُ النَّاسِ، وَخَفَّتْ أَمَانَاتُهُمْ، وَاسْتَوْلَى الْحَرَامُ عَلَى الْحُطَامِ، فَالْعُزْلَةُ خَيْرٌ مِنَ الخلطة “Adapun pada hari ini orang-orang masih mengambil janji, sedangkan amanah mereka telah hilang. Ketika hal-hal kecil telah diliputi oleh perkara-perkara yang haram, maka menyendiri lebih baik daripada bercampur dengan banyak orang.”[35] Ibnul Arabi menafsirkan bahwa maksud وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا adalah seseorang berusaha untuk fokus kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Beliau menceritakan kondisinya pada abad ke-6 bahwa telah jarang orang yang amanah, perkara yang haram telah beredar di mana-mana. Maka beliau menyarankan bahwa menyendiri lebih baik daripada bercampur dengan banyak orang. Kalau seseorang bisa fokus beribadah kepada Allah tanpa melalaikan kewajiban-kewajibannya, tanpa melalaikan hak-hak orang lain maka itulah yang terbaik. Kata Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam sebuah hadits, يُوشِكُ أَنْ يَكُونَ خَيْرَ مَالِ المُسْلِمِ غَنَمٌ يَتْبَعُ بِهَا شَعَفَ الجِبَالِ وَمَوَاقِعَ القَطْرِ، يَفِرُّ بِدِينِهِ مِنَ الفِتَنِ “Hampir saja terjadi suatu zaman di mana harta terbaik seorang muslim adalah kambing yang digembalakannya di puncak gunung dan tempat-tempat terpencil, dia pergi menghindar membawa agamanya disebabkan takut terkena fitnah.”[36] Ada zaman dimana kita dikelilingi dengan fitnah. Maka jika kita bisa terlepas dari fitnah-fitnah tersebut meskipun dengan menyendiri dan tanpa melalaikan kewajiban kita, maka itu adalah lebih baik. Intinya adalah jangan terlalu banyak pergaulan jika manfaatnya kurang dan jangan terlalu sibuk dengan urusan orang lain, karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda, مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ “Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya.”[37] Maka selama suatu hal tidak ada hubungannya dengan diri kita, maka hendaknya kita menjauh. Lebih baik kita tidak tahu daripada tahu namun terkena fitnah dan berbagai macam problematika, sehingga waktu kita habis dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلًا “Dialah Tuhan timur dan barat, tidak ada Tuhan selain Dia, maka jadikanlah Dia sebagai pelindung bertawaklah kepada-Nya.” QS. Al-Muzzammil 9 Maksud firman Allah Subhanahu wa ta’ala ini adalah, هُوَ الْمَالِكُ الْمُتَصَرِّفُ فِي الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ “Allah-lah yang mengatur segala urusan di timur maupun di barat, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia.”[38] Allah-lah yang mengatur segala yang ada di alam semesta ini. Kalau seseorang tahu bahwa hanya Allah yang mengatur segala urusan di alam semesta ini, maka tidaklah dia beribadah kecuali hanya kepada Allah. Dan jika dia tidak beribadah kecuali kepada Allah, maka bertawakallah kepada Allah. Allah Subhanahu wa ta’ala mengkhususkan penyebutan tawakal karena tawakal adalah ibadah yang sangat mulia. Sampai-sampai tatkala Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sebutkan tentang tujuh puluh ribu golongan orang yang masuk surga tanpa azab dan tanpa hisab, ciri mereka yang utama adalah tawakal. Ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ditanya tentang siapa orang tersebut, maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, هُمُ الَّذِينَ لاَ يَتَطَيَّرُونَ، وَلاَ يَسْتَرْقُونَ، وَلاَ يَكْتَوُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ “Mereka itu adalah orang-orang yang tidak pernah bertathayyur, tidak pernah meminta untuk diruqyah dan tidak mau menggunakan Kay pengobatan dengan besi panas, dan kepada Tuhan merekalah mereka bertawakal.”[39] Kata para ulama, sifat yang ke-empat yaitu mereka bertawakal kepada Allah Subhanahu wa ta’ala adalah kesimpulan yang menggabungkan tiga sifat yang pertama. Tidak minta untuk diruqyah, tidak meminta disembuhkan dengan kay, dan tidak bertathayyur adalah karena tawakal yang tinggi. Maka dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa ta’ala menggabungkan ibadah hati yang sangat mulia yaitu bertawakal hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana pula firman Allah Subhanahu wa ta’ala, فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ “Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya.” QS. Hud 123 Tatkala kita telah bertawakal kepada Allah Subhanahu wa ta’ala maka pasti hati kita akan menjadi tenang. Oleh karenanya di antara kalimat dzikir pagi petang yang diajarkan kepada kita adalah, يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ، أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ، وَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرَفَةَ عَيْنٍ “Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri tidak butuh segala sesuatu, dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan Engkau serahkan aku pada diriku walau sekejap mata.”[40] Maka tatkala kita tawakal kepada dunia atau manusia, maka sungguh kita telah menjadikan pegangan kita pada tempat yang sangat lemah dan rapuh. Maka jika kita ingin memiliki tempat berpegang yang kuat, maka bertawakallah hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Dunia hanyalah sebab, yang pertama yang harus kita pasang adalah hati yang bertawakal kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dalam segala hal. Bahkan dalam beribadah pun seseorang harus bertawakal kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, karena belum tentu seseorang bisa menjamin dirinya bisa khusyuk dalam shalat jika hanya mengandalkan ilmu dan sifat yang dimilikinya. Oleh karenanya kita meminta tawakal kepada Allah kekhusyukan dalam shalat. Dan Allah Subhanahu wa ta’ala telah mengatakan, وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ، الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ، وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ “Dan bertawakallah kepada Allah Yang Maha Perkasa, Maha Penyayang. Yang melihat engkau ketika engkau berdiri untuk shalat, dan melihat perubahan gerakan badanmu di antara orang-orang yang sujud.” QS. Asy-Syu’ara 217-219 Tawakal bukan hanya pada perkara dunia, akan tetapi dalam beribadah pun kita harus bertawakal seperti shalat, puasa, atau haji. Oleh karenanya tawakal adalah ibadah yang sangat spesial sehingga disebutkan secara khusus dalam ayat ini. Dan ayat yang sering kita baca dalam shalat, إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” QS. Al-Fatihah 5 Maksudnya adalah kita mengakui bahwa hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala lah kita bertawakal. Sekarang ini banyak di antara kita yang hilang atau kurang tawakalnya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Banyak para pegawai yang bertawakal kepada pimpinan mereka, bahkan sebagian orang bertawakal pada apa-apa yang dia pilih untuk dirinya. Ketahuilah bahwa tatkala seseorang bertawakal kepada selain Allah Subhanahu wa ta’ala dunia, maka dia akan mendapatkan kehinaan. Maka apapun kegiatan yang kita lakukan, yang pertama harus kita lakukan adalah bertawakal kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kita berdoa setiap kali keluar rumah dengan berkata, بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ “Dengan nama Allah aku bertawakal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah.”[41] Setiap kali seseorang keluar dari rumahnya, maka akan ada banyak kegiatan yang dihadapi, sehingga tawakal kepada Allah Subhanahu wa ta’ala itu diperlukan. Tawakal sejatinya adalah ibadah yang tidak dilihat oleh orang lain, namun memiliki nilai yang sangat tinggi di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala. Adapun tawakal itu diucapkan atau tidak, Allah Subhanahu wa ta’ala Maha tahu isi hati kita, apakah kita tawakal atau tidak. Oleh karenanya dalam ayat ini Allah Subhanahu wa ta’ala mengingatkan bahwa jika Allah pemilik dan pengatur timur dan barat, maka jangan sampai salah bertawakal. Bertawakallah hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yang mengurus seluruh alam semesta dan yang menentukan segala keputusan. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, وَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيلًا “Dan bersabarlah Muhammad terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik.” QS. Al-Muzzammil 10 Ayat ini adalah dalil yang menguatkan bahwasanya surah Al-Muzzammil adalah surah Makkiyah. Karena Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam untuk bersabar atas perkataan orang-orang kafir. Dan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam banyak dicerca dan dimaki tatkala beliau masih di Mekkah. Ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam di Mekkah, beliau Shallallahu alaihi wa sallam dituduh sebagai dukun, penyihir, orang yang tersihir, pendusta, orang yang keluar dari ajaran nenek moyangnya, pemutus silaturahim, orang gila, dan tuduhan-tuduhan buruk lainnya disematkan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Maka ayat ini Allah turunkan untuk mengajarkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam untuk bersabar terhadap berbagai tuduhan dan cercaan orang-orang kafir. Allah Subhanahu wa ta’ala juga mengingatkan dalam ayat ini bahwa tidak perlu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam membalas perbuatan-perbuatan buruk orang-orang kafir tersebut. Seakan-akan Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam untuk Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersikap acuh tak acuh dengan sikap mereka dan terus melanjutkan dakwahnya. Dan hal ini juga perlu untuk diperhatikan oleh para da’i. Bahwa tidak semua orang yang menjelek-jelekkan kita atau menjatuhkan kita harus kita tanggapi. Seharusnya kita bersikap tak acuh terhadap mereka. Karena orang-orang yang suka menjatuhkan orang lain itu akan terus ada selama Iblis masih hidup. Dan Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ وَكَفَى بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا “Dan demikianlah Kami jadikan bagi setiap nabi musuh dari orang-orang yang berdosa. Tetapi cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.” QS. Al-Furqan 31 Kalau para Nabi yang sangat mulia Allah siapkan bagi mereka musuh, maka demikian pula Allah Subhanahu wa ta’ala telah menyiapkan musuh bagi pengikutnya. Maka jangan kita bermimpi bahwa kita berdakwah memperjuangkan Islam tanpa ada musuh, sungguh hal tersebut adalah hal yang mustahil. Akan tetapi di antara cara menyikapi musuh-musuh tersebut adalah tidak memperdulikan perbuatan mereka terhadap kita. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, وَذَرْنِي وَالْمُكَذِّبِينَ أُولِي النَّعْمَةِ وَمَهِّلْهُمْ قَلِيلًا “Dan biarkanlah Aku yang bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan, yang memiliki segala kenikmatan hidup, dan berilah mereka penangguhan sebentar.” QS. Al-Muzzammil 11 Yang dimaksud dengan أُولِي النَّعْمَةِ dalam ayat ini di antaranya mereka adalah para pembesar-pembesar Quraisy seperti Al-Walid Ibnul Mughirah dari Bani Makhzum, Abu Jahal dan saudara-saudaranya. Yang dimaksud juga adalah orang-orang kaya lagi sombong yang memiliki kedudukan di kota Mekah[42]. Dan Allah Subhanahu wa ta’ala meminta kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam untuk menangguhkan mereka dan menyerahkan mereka menjadi urusan Allah Subhanahu wa ta’ala. Para ulama mengatakan bahwa mereka akhirnya meninggal dalam perang Badr. Lihatlah kesabaran Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, beliau menunggu dengan waktu yang cukup lama, kurang lebih lima belas tahun untuk menanti orang-orang kafir binasa sesuai janji Allah Subhanahu wa ta’ala. Maka tatkala kita disakiti oleh seseorang, seharusnya kita ridha terhadap mereka dengan menyerahkan mereka kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Yakinlah bahwasanya Allah Subhanahu wa ta’ala punya cara untuk mengurusi orang-orang yang demikian. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, إِنَّ لَدَيْنَا أَنْكَالًا وَجَحِيمًا، وَطَعَامًا ذَا غُصَّةٍ وَعَذَابًا أَلِيمًا، يَوْمَ تَرْجُفُ الْأَرْضُ وَالْجِبَالُ وَكَانَتِ الْجِبَالُ كَثِيبًا مَهِيلًا “Sungguh, di sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang menyala-nyala, dan ada makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih, yaitu pada hari ketika bumi dan gunung-gunung berguncang keras, dan menjadilah gunung-gunung itu seperti onggokan pasir yang dicurahkan” QS. Al-Muzzammil 12 Ayat ini merupakan janji Allah Subhanahu wa ta’ala jika mereka orang-orang kafir Quraisy tidak mendapatkan azab di dunia, mereka pasti akan mendapatkan azab di akhirat. Terkadang ada di antara kita yang merasa sudah tidak kuat dalam menghadapi orang-orang yang zalim karena mereka tetap eksis dalam kehidupan ini. Sebut saja Fir’aun yang hidup dalam kezaliman dalam waktu yang lama. Disebutkan dalam sebagian literatur bahwa usianya sangat panjang[43]. Karena usianya panjang dan belum meninggal itulah yang membuat dia mengira bahwa dia adalah Tuhan. Kalau bukan karena mengejar Nabi Musa alaihissalam dan pengikutnya, maka mungkin dia akan eksis terus di Mesir. Sampai suatu ketika Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan Nabi Musa alaihissalam yang kabur untuk memberikan kebinasaan bagi Fir’aun. Demikian pula kisah Ashabul Kahfi yang kabur ke dalam gua dan tidur selama tiga ratus tahun lebih lamanya. Setelah tiga ratus tahun lebih barulah runtuh kesyirikan di negeri mereka. Sungguh kezaliman itu akan hilang, hanya saja bisa berlangsung lama untuk mencapainya. Dan betapa banyak orang yang zalim dibiarkan hidup tanpa azab agar Allah Subhanahu wa ta’ala membalas mereka di akhirat. Oleh karenanya ayat ini menerangkan bahwa jika orang-orang zalim tidak mendapatkan azab di dunia, maka mereka pasti akan mendapatkan azab di akhirat. وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ “Dan janganlah engkau mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang yang zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata mereka terbelalak.” QS. Ibrahim 42 Maka bukan berarti jika Allah Subhanahu wa ta’ala tidak balas perbuatan di dunia menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala lupa dengan perbuatan mereka. Allah Subhanahu wa ta’ala ingat dengan perbuatan mereka, hanya saja Allah tunda hukuman bagi mereka hingga hari kiamat. Oleh karenanya bukan menjadi syarat bahwa orang zalim itu harus gugur di dunia. Yang terpenting adalah bagaimana sikap kita dalam menghadapi kezaliman tersebut. Sungguh azab di dunia bagi orang-orang zalim itu kecil. Oleh karenanya Allah Subhanahu wa ta’ala menangguhkan mereka untuk mendapatkan azab yang lebih berat di hari kiamat kelak. Dan ayat ini menjelaskan bahwa kelak mereka akan diberi azab berupa belenggu-belenggu di neraka jahannam dan makanan berduri yang makanan tersebut akan tersangkut di leher dan membuat mereka tersedak. Kalau di dunia tersedak tulang ikan saja sudah tidak mengenakkan, maka bagaimana lagi dengan makanan penghuni neraka jahannam? Dan Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan bahwa bagi mereka ada lagi azab yang lebih pedih dari itu. Kapan mereka akan diberikan azab tersebut? Yaitu ketika hari kiamat telah tiba, yaitu ketika gunung-gunung batu yang sebelumnya kokoh berguncang dan menjadi debu yang berterbangan. Maka pada saat itulah orang-orang para pendusta akan disiksa oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولًا شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَى فِرْعَوْنَ رَسُولًا، فَعَصَى فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا وَبِيلًا “Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul Muhammad kepada kamu, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus seorang Rasul kepada Firaun. Namun Firaun mendurhakai Rasul itu, maka Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.” QS. Al-Muzzammil 15 Mengapa Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan perumpamaan kisah Fir’aun kepada orang-orang kafir? Itu disebabkan karena berita dibenamkannya Fir’aun di laut merah diketahui oleh orang-orang kafir Quraisy. Maka dengan ayat ini Allah Subhanahu wa ta’ala mengingatkan orang-orang kafir Quraisy bahwa Allah telah mengutus seorang rasul kepada Fir’aun. Maka demikian pula Allah Subhanahu wa ta’ala mengutus kepada mereka seorang rasul yaitu Muhamad Shallallahu alaihi wa sallam. Sehingga Allah Subhanahu wa ta’ala mengingatkan agar mereka tidak ikut mendustakan rasul yang diutus kepada mereka, agar jangan sampai mereka mendustakan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Akan tetapi ternyata orang-orang kafir Quraisy tetap mendustakan beliau Shallallahu alaihi wa sallam. Dan Ibnu Katsir rahimahullah berkata, وَأَنْتُمْ أَوْلَى بِالْهَلَاكِ وَالدَّمَارِ إِنْ كَذَّبْتُمْ؛ لِأَنَّ رَسُولَكُمْ أَشْرَفُ وَأَعْظَمُ مِنْ مُوسَى بْنِ عِمْرَانَ “Dan kalian orang-orang kafir Quraisy lebih utama untuk mendapat kebinasaan dan kehancuran bila mendustakan rasul kalian, karena rasul kalian adalah rasul yang paling mulia dan lebih besar daripada Musa ibnu Imran.”[44] Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, فَكَيْفَ تَتَّقُونَ إِنْ كَفَرْتُمْ يَوْمًا يَجْعَلُ الْوِلْدَانَ شِيبًا، السَّمَاءُ مُنْفَطِرٌ بِهِ كَانَ وَعْدُهُ مَفْعُولًا، إِنَّ هَذِهِ تَذْكِرَةٌ فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ سَبِيلًا “Lalu bagaimanakah kamu akan dapat menjaga dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban. Langit terbelah pada hari itu. Janji Allah pasti terlaksana. Sungguh, ini adalah peringatan. Barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil jalan yang lurus kepada Tuhannya.” QS. Al-Muzzammil 17-19 Hari kiamat adalah hari yang sangat dahsyat, sampai-sampai anak-anak tiba-tiba menjadi beruban. Tentang firman Allah Subhanahu wa ta’ala يَوْمًا يَجْعَلُ الْوِلْدَانَ شِيبًا, ada dua makna tentang ayat ini, yaitu makna hakiki dan makna majazi. Makna hakiki artinya adalah anak-anak yang mendapati hari kiamat, kondisinya memang beruban. Makna majazi artinya jika ada anak-anak yang mendapati hari kiamat, maka rambutnya menjadi uban karena saking takutnya[45]. Demikianlah hari kiamat, saking dahsyatnya pun sampai-sampai langit akan terbelah pada hari itu. Maka Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan pilihan, barangsiapa yang mau mengambil jalan menuju Allah, maka dipersilahkan. Dan barangsiapa yang enggan untuk bertaubat maka tidak mengapa bagi Allah Subhanahu wa ta’ala. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَى مِنْ ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ وَثُلُثَهُ وَطَائِفَةٌ مِنَ الَّذِينَ مَعَكَ وَاللَّهُ يُقَدِّرُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ عَلِمَ أَنْ لَنْ تُحْصُوهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ عَلِمَ أَنْ سَيَكُونُ مِنْكُمْ مَرْضَى وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَآخَرُونَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau Muhammad berdiri shalat kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan demikian pula segolongan dari orang-orang yang bersamamu. Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an; Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah; dan yang lain berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh balasannya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” QS. Al-Muzzammil 20 Disebutkan oleh para ulama bahwasanya ayat ini memansukhkan ayat-ayat di awal surah, يَاأَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ، قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا “Wahai orang yang berselimut Muhammad! Bangunlah untuk shalat pada malam hari, kecuali sebagian kecil.” QS. Al-Muzzammil 1-2 Para ulama menyebutkan bahwa sejak turunnya ayat di awal surah Al-Muzzammil ini, maka sejak saat itu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam wajib untuk melaksanakan shalat malam. Ada khilaf di kalangan para ulama tentang apakah shalat malam juga diwajibkan kepada umat atau hanya kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Ada yang menyebutkan bahwa kewajiban itu hanya berlaku kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, hanya saja para sahabat ikut shalat bersama beliau. Ada pula yang berpendapat bahwa wajib bagi Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan juga umatnya untuk shalat berjam-jam. Adapun berapa lama shalat malam diwajibkan, ada sebuah hadits yang menyebutkan bahwa hal itu berlangsung selama satu tahun, dan adapula riwayat yang menyebutkan selama enam belas bulan. Dan bahkan ada yang menyebutkan hal itu diwajibkan selama Nabi Shallallahu alaihi wa sallam di Mekkah yaitu sekitar sepuluh tahun. Ini semua menunjukkan bahwa ibadah shalat malam adalah ibadah yang mendapatkan perhatian yang tinggi di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala. Oleh karenanya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وَهُوَ قُرْبَةٌ إِلَى رَبِّكُمْ، وَمَكْفَرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ، وَمَنْهَاةٌ لِلإِثْمِ “Hendaknya kalian melakukan shalat malam karena itu adalah kebiasan orang-orang saleh sebelum kalian, dan mendekatkan kepada Tuhan kalian, menghapus keburukan, serta mencegah dosa.”[46] Tatkala shalat malam diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, para sahabat merasa berat untuk shalat berjam-jam setiap hari. Oleh karenanya Allah Subhanahu wa ta’ala menurunkan ayat terakhir dari surah Al-Muzzammil ini untuk memansukhkan hukum awal, sehingga yang sebelumnya wajib menjadi sunnah. Akan tetapi ada khilaf di kalangan para ulama bahwa shalat malam tetap wajib bagi Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, dan menjadi sunnah bagi para umat beliau. Firman Allah Subhanahu wa ta’ala, إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَى مِنْ ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ وَثُلُثَهُ وَطَائِفَةٌ مِنَ الَّذِينَ مَعَكَ “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau Muhammad berdiri shalat kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan demikian pula segolongan dari orang-orang yang bersamamu.” Ini merupakan dalil bahwasanya shalat malam juga dikerjakan oleh para sahabat yang lain. Firman Allah Subhanahu wa ta’ala, وَاللَّهُ يُقَدِّرُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ عَلِمَ أَنْ لَنْ تُحْصُوهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ “Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka Dia menerima taubat kalian memberi keringanan kepada kalian, karena itu bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an.” Ini menunjukkan bahwa hanya Allah Subhanahu wa ta’ala yang tahu apakah setengah atau sepertiga malam telah lewat. Dan dahulu para sahabat hanya mengira-ngira berapa lama mereka shalat malam. Dan Allah Subhanahu wa ta’ala tahu bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat tidak mampu untuk terus-terusan shalat lebih dari setengah malam setiap harinya. Maka ayat ini memansukhkan hukum sebelumnya yang mengharuskan shalat hingga kurang lebih setengah malam menjadi semampu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat. Oleh karenanya pada saat ini kita dapati bahwa shalat malam jika dikerjakan setengah jam tidak menjadi masalah, bahkan jika hanya satu rakaat pun tidak dipermasalahkan. Karena dahulu tidak boleh shalat malam dengan waktu yang singkat, minimal waktu yang diberikan Allah Subhanahu wa ta’ala adalah kurang sedikit dari seperdua malam. Firman Allah Subhanahu wa ta’ala, عَلِمَ أَنْ سَيَكُونُ مِنْكُمْ مَرْضَى وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَآخَرُونَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ “Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah; dan yang lain berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah bagimu.” Pada ayat ini Allah Subhanahu wa ta’ala memaparkan tentang kenapa Allah Subhanahu wa ta’ala memansukhkan shalat malam. Allah Subhanahu wa ta’ala melihat bahwa di sana ada orang-orang yang memiliki uzur, yaitu orang sakit, orang yang bersafar mencari nafkah, dan orang yang berjihad di jalan Allah. Shalat malam untuk orang yang bersafar untuk mencari nafkah adalah hal yang berat, karena bisa jadi urusannya dalam mencari nafkah bisa terhambat atau bahkan terhenti karena siang hari digunakan untuk tidur. Demikian pula orang yang berjihad berperang. Kalau shalat dengan waktu yang lama, maka bisa jadi tidak ada lagi tenaga untuk berperang keesokan harinya. Oleh karenanya Allah menjadikan para sahabat tidur pada perang Badr. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, إِذْ يُغَشِّيكُمُ النُّعَاسَ أَمَنَةً مِنْهُ “Ingatlah, ketika Allah membuat kamu mengantuk untuk memberi ketenteraman dari-Nya.” QS. Al-Anfal 11 Allah membuat para sahabat tidur agar keesokan harinya bisa segar untuk berperang. Oleh karenanya orang-orang yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala memiliki uzur untuk bisa tidak shalat malam. Dan karena kesusahan tersebut akhirnya yang tidak memiliki uzur pun juga tidak lagi menjadi wajib bagi mereka untuk shalat malam, sehingga pilihan kembali kepada pribadi masing-masing. Oleh karenanya Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan, وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا “Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud sebagai suatu ibadah sebagai tambahan bagimu sunnah mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” QS. Al-Isra’ 79 Dan para ulama, di antaranya Al-Qurthubi mengatakan bahwa ini adalah dalil bahwa orang yang mencari nafkah yang halal itu kedudukannya sama dengan orang yang berjihad. Beliau Al-Qurthubi berkata, سَوَّى اللَّهُ تَعَالَى فِي هَذِهِ الْآيَةِ بَيْنَ دَرَجَةِ الْمُجَاهِدِينَ وَالْمُكْتَسِبِينَ الْمَالَ الْحَلَالَ لِلنَّفَقَةِ عَلَى نَفْسِهِ وَعِيَالِهِ، وَالْإِحْسَانِ وَالْإِفْضَالِ، فَكَانَ هَذَا دَلِيلًا عَلَى أَنَّ كَسْبَ الْمَالِ بِمَنْزِلَةِ الْجِهَادِ، لِأَنَّهُ جَمَعَهُ مَعَ الْجِهَادِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ “Allah menyamakan dalam ayat ini antara derajat orang-orang yang berjihad dengan orang yang mencari harta yang halal untuk menafkahi diri dan keluarganya, dan untuk berbuat kebaikan dan keutamaan. Maka ini adalah dalil bahwa mencari harta yang halal kedudukannya sama seperti jihad, karena Allah mengumpulkan antara mencari harta yang halal dengan jihad di jalan Allah.”[47] Oleh karenanya ini adalah dalil bahwa pentingnya bagi kita dalam mencari nafkah untuk memerhatikan niat kita. Karena menurut Al-Qurthubi seseorang yang pergi keluar pagi pulang di sore hari atau di malam hari karena mencari nafkah itu adalah jihad. Oleh karenanya jangan sampai seseorang mendapatkan harta dari cara-cara yang haram seperti mencuri, korupsi, dan cara haram lainnya. Firman Allah Subhanahu wa ta’ala, وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا “Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berinfaklah kepada Allah infak yang baik.” Di dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan berinfak dengan menggunakan kata قَرْض hutang. Artinya adalah infak yang kita keluarkan adalah utang bagi Allah Subhanahu wa ta’ala terhadap kita. Dan para ulama menyebutkan bahwa Allah menggunakan kata utang pinjaman dalam ayat ini agar kita tenang. Karena sebagaimana kita tenang ketika uang kita dipinjam oleh orang yang kaya raya yang pasti akan mengembalikan uang tersebut, maka demikianlah Allah Subhanahu wa ta’ala yang Maha Kaya pasti akan mengembalikan pinjamannya. Dan seringnya Allah Subhanahu wa ta’ala mengembalikan pinjamannya dengan yang lebih baik atau lebih banyak. Maka jika kita tidak boleh praktik riba dengan manusia, maka di sini kita boleh melakukan transaksi riba dengan Allah Subhanahu wa ta’ala, karena demikianlah Allah ketika memberikan balasan kepada hamba-hamba-Nya. Firman Allah Subhanahu wa ta’ala, وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ “Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh balasannya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” Ayat ini mengingatkan kita bahwasanya kebaikan-kebaikan yang kita lakukan bukan untuk Allah Subhanahu wa ta’ala atau orang lain, melainkan untuk diri kita sendiri. Yang paling mendapat untung dari kebaikan-kebaikan kita bukanlah orang yang kita berbuat baik kepadanya, akan tetapi diri kita yang lebih mendapatkan untung dari kebaikan tersebut. Bahkan dalam ayat ini Allah Subhanahu wa ta’ala menegaskan bahwa keuntungan yang kita dapatkan adalah yang lebih baik dari apa yang kita perbuat. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata dengan perkataan yang sangat indah, وَلِيُعلَمْ أَنَّ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنَ الخَيرِ فِي هَذِهِ الدَّارِ، يُقَابٍلُهُ أَضْعَافُ أَضْعَافِ الدُّنْيَا، وَمَا عَلَيْها فِي دَارِ النَّعِيمِ المقِيمِ، مِنَ اللَّذَّاتِ والشَّهَوَاتِ، وَأَنَّ الخَيْر َوَالبِرَّ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا، مَادَّةُ الخَيْرِ والبِّرِ فِي دَارِ القَرَارِ، وبذْرُهُ وأَصْلُهُ وأَسَاسُهُ، فَوَاأَسَفَاه عَلَى أَوْقَاتٍ مَضَتْ فِي الغَفلاَتِ، ووَاحَسْرَتَاه عَلَى أزْمَانٍ تَقَضَت بِغَيرِ الأَعْمَالِ الصَّالِحَاتِ “Ketahuilah bahwa kebajikan meskipun sekecil zarrah yang dilakukan di bumi ini, akan diganti dengan berlipat-lipat ganda dari dunia ini, dan kenikmatan yang disiapkan di akhirat kelak dari kesenangan dan syahwat, dan bahwa kebaikan di dunia ini merupakan bahan kebaikan di negeri yang kekal; sebagai benihnya, asalnya dan asasnya. Sungguh menyedihkan, ketika waktu berlalu bagi hamba begitu saja dengan kelalaian. Dan sungguh penyesalan, ketika waktu bergulir tanpa amal saleh.”[48] Pernyataan ini benar, karena dalam suatu sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan, رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا “Dua rakaat fajar lebih baik daripada dunia seisinya.”[49] Kalau sekiranya ada seseorang yang diberikan usia hingga lima ribu tahun, kemudian dia berusaha untuk menguasai dunia dan isinya, maka pasti dia tidak akan mampu. Dan tidak ada raja yang pernah menguasai seluruh bumi dan isinya. Akan tetapi Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengatakan bahwa dua rakaat sebelum subuh akan diberikan balasan yang lebih baik daripada dunia dan seisinya. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tidak mengatakan bahwa dua rakaat fajar itu sama dengan dunia, melainkan beliau mengatakan dua rakaat itu jauh lebih baik. Maka setiap detik waktu yang kita gunakan untuk amal saleh maka pasti akan ada hasilnya balasannya serta berlipat ganda. Allah Subhanahu wa ta’ala kemudian menutup firman-Nya untuk beristighfar memohon ampun. Karena bagaimana pun seseorang dalam mengerjakan perintah Allah, pasti ada kekurangan-kekurangan seperti ujub, malas, niat yang salah, dan yang lainnya yang membuat kita harus beristighfar. Maka Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan kita untuk beristighfar untuk menutup segala kekurangan-kekurangan dari amal kebaikan kita. __________________________________________________________________________- [1] Lihat Tafsir At-Tahrir wat tanwir karya Ibnu asyur 29/252 [2] Tafsir Al-Qurthuby 19/32 [3] HR. Bukhari no. 3, Muslim no. 160 [4] Tafsir Al-Qurthuby 19/33 [5] HR. Bukhari no. 441 dan HR. Muslim no. 2409 [6] HR. Muslim no. 1788 [7] Lihat Tafsir Al-Qurthuby 19/33 [8] HR. Bukhari no. 1131 dan HR. Muslim no. 1159 [9] HR. Abu Daud no. 1464 [10] Lihat Tafsir ibnu katsir 8/250, Tafsir Al-Qurthuby 19/37. [11] Diriwayatkan oleh Ibnul Mubarok dalam Az-zuhdu dan Ibnu Abi syaibah 14/11 dengan lafadz “Bahwasanya seorang sahabat Nabi ﷺ pernah mendengar seseorang membaca Al-Qur’an…” [12] Umdatul Qaari’ Syarah Shahih Al-Bukhari 7/189. [13] Tafsir Al-Qurthuby 19/37. [14] Tafsir Ibnu Katsir 8/250 [15] HR. Abu Daud no. 1468 dan HR. Ibnu Majah no. 1342 [16] HR. Bukhari no. 7527 [17] HR. Muslim no. 793 [18] Iqtidha Al-Ilm Al-Amal no. 116 [19] Yaitu pengobatan semisal hijamah bekam hanya saja dengan melukai salah satu urat nadi sehingga mengeluarkan darah dengan deras [20] HR. Bukhori no. 2. [21] HR. Ahmad [22] HR. Bukhori no. 4592. [23] Lihat tafsir Al-Qurthuby 19/38 [24] Tafsir As-Sa’dy [25] Al-Madarik hal. 162 [26] HR. Ahmad no. 22345 [27] Lihat Tafsir Al-Qurthuby 19/40, Tafsir Ibnu Katsir 8/251. [28] Majmu’ Al-Fatawa 17/474 [29] HR. Ahmad no. 6626 [30] Tafsir Ibnu Katsir 8/252 [31] Idem. [32] Tafsir Al-Qurthubi 19/43 [33] Idem. [34] Tafsir Al-Qurthubi 19/44 [35] Ahkamul Qur’an karya Ibnul Aroby 4/332, Tafsir Al-Qurthubi 19/44 [36] HR. Bukhari no. 19 [37] HR. Tirmidzi no. 2317 [38] Tafsir Ibnu Katsir 8/255 [39] HR. Bukhari no. 5752 [40] HR. Al-Hakim no. 2000 dalam Al-Mustadrak; HR. An-Nasa’i no. 10330 dalam Sunan Al-Kubro [41] HR. Abu Daud no. 5095 [42] Tafsir Al-Qurthuby 19/45 [43] Asyhab meriwayatkan dari Imam Malik bahwa usia Fir’aun mencapai 440 tahun, lihat Tafsir Al-Bahrul Muhith 9/256. [44] Tafsir Ibnu Katsir 8/256 [45] Tafsir At-Tahrir wat Tanwir 29/275 [46] HR. Tirmidzi no. 3549; diriwayatkan pula oleh Ath-Thabrani dan Al-Hakim [47] Tafsir Al-Qurthubi 19/55 [48] Tafsir As-Sa’di 1/894 [49] HR. Muslim no. 725
HubunganSurah Al-Muzzammil dengan Surah Al-Muddassir: 1. Kedua surah ini sama-sama dimulai dengan seruan kepada Nabi Muhammad. 2. surah Al-Muzzammil berisi perintah bangun malam untuk shalat tahajud dan memahami Al-Qur'an demi menguatkan jiwa seseorang, sedangkan surah Al-Muddassir berisi perintah melakukan dakwah, menyucikan diri, dan bersabar.
إِنَّآ أَرْسَلْنَآ إِلَيْكُمْ رَسُولًا شَٰهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَآ أَرْسَلْنَآ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ رَسُولًا Arab-Latin Innā arsalnā ilaikum rasụlan syāhidan 'alaikum kamā arsalnā ilā fir'auna rasụlāArtinya Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu hai orang kafir Mekah seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus dahulu seorang Rasul kepada Fir'aun. Al-Muzzammil 14 ✵ Al-Muzzammil 16 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangTafsir Berharga Terkait Surat Al-Muzzammil Ayat 15 Paragraf di atas merupakan Surat Al-Muzzammil Ayat 15 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada kumpulan tafsir berharga dari ayat ini. Didapati kumpulan penafsiran dari kalangan mufassirun terkait kandungan surat Al-Muzzammil ayat 15, misalnya sebagaimana berikut📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia15-16. Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kalian wahai orang-orang Makkah Muhammad sebagai rasul, dan saksi atas kalian dengan apa yang kalian lakukan, yaitu kekafiran dan kedurhakaan, sebagaimana Kami telah mengutus Musa sebagai rasul kepada Thagut Fir’aun, lalu Fir’aun mendustakan Musa, tidak beriman kepada risalahnya dan mendustakan dakwahnya, maka Kami membinasakannya dengan keras. Di sini terkandung peringatan dari berbuat maksiat kepada Rasulullah, Muhammad, karena dikhawatirkan orang yang maksiat akan ditimpa oleh apa yang telah menimpa Fir’aun dan kaumnya.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram15. Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kalian seorang Rasul sebagai saksi atas perbuatan kalian pada hari kiamat sebagaimana Kami juga telah mengutus kepada Fir'aun seorang utusan, yaitu Musa -'alaihissalām-.📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah15. Sungguh Nabi Muhammad Kami utus kepada kalian agar dia memeberi peringatan dan mengajak kalian menuju kebenaran, serta sebagai saksi bagi orang yang beriman atas orang yang kafir. Hal ini bukanlah perkara baru, karena sebelumnya telah diutus para rasul kepada kaum mereka; sepeti Musa yang diutus kepada Fir’aun dan dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah15. إِنَّآ أَرْسَلْنَآ إِلَيْكُمْ رَسُولًا شٰهِدًا عَلَيْكُمْ Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu hai orang kafir Mekah seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadapmu Yakni yang bersaksi atas kalian pada hari kiamat tentang amal perbuatan kalian. Yakni Kami telah mengutus rasul, namun kalian menyelisihinya. كَمَآ أَرْسَلْنَآ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ رَسُولًاsebagaimana Kami telah mengutus dahulu seorang Rasul kepada Fir’aun Yakni Nabi Musa.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah15. Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul yang bernama Muhammad SAW kepada kalian wahai penduduk Makkah. Kelak dia akan bersaksi pada hari kiamat tentang kedurhakaan kalian. Sebagaimana Kami dulu telah mengutus Musa sebagai Rasul kepada Fir’aun📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah{Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang rasul kepada kalian sebagai saksi atas kalian, sebagaimana Kami telah mengutus seorang rasul kepada FiraunMau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H15-16. Allah berfirman, bahwa pujilah Rabb kalian atas diutusnya nabi ummi berbangsa arab ini yang memberi kabar gembira dan peringatan serta sebagai saksi atas perbuatan umatnya. Janganlah kalian kufur dan mendurhakai Rasul kalian sehingga kalian seperti Fir’aun ketika Allah mengutus Musa bin Imran, Musa menyerunya kepada Allah dan memerintahkannya untuk bertauhid, tapi Fir’aun tidak membenarkannya, justru malah mendurhakainya, kemudian Allah menyiksanya “dengan siksaan yang berat,” yaitu berat dan dahsyat.📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-SyawiSurat Al-Muzzammil ayat 15 15-16. Ketahuilah wahai orang-orang Mekkah, bahwasanya Allah mengutus Rasul kepada kalian yaitu Muhammad ﷺ, sebgai utusan yang memiliki urusan yang mulia dan ditinggikan derajatnya. Rasul tersebut akan menjadi saksi kalian pada hari kimat, dimaa ia telah menyampaikan kepada kalian risalah dari Allah dengan penyampaian yang sempurna. Sebagaimana Musa diutus sebagai Rasul untuk mendakwahkan kebenran kepada orang yang melampaui batas yaitu Fir’aun. Dan Fir’aun mendurhakai Musa, maka Allah ambil nyawanya dengan keras, yaitu dengan ditenggelamkan oleh Allah di dunia di laut, dan di akhirat dia akan menerima dengan seberat-beratnya adzab. Pada dua ayat ini terdapat peringatan dan ancaman bagi orang-orang musyrik, jika mereka masih tetap dalam pengingkarannya dan kekafirannya maka sungguh Allah akan mengadzab mereka dengan adzab yang pedih dan tidak akan Allah kurangi adzab-Nya bagi Fir’aun dan bala tentaranya ketika ia mendurhakai Musa.📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, ayat ini Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan manusia untuk memuji-Nya dan bersyukur kepada-Nya karena Dia telah mengutus Nabi yang ummi sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan, yang menjadi saksi terhadap ummat atas amal yang mereka kerjakan. Demikian pula memerintahkan mereka untuk tidak kafir kepada Beliau seperti yang dilakukan Fir’aun yang kafir kepada Nabi Musa alaihis salam yang diutus-Nya kepadanya saat ia mengajak Fir’aun menyembah Allah, namun ia menolaknya dan mendurhakainya, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyiksanya dengan siksaan yang dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Muzzammil Ayat 1515-16. Setelah dijelaskan ancaman siksa akhirat yang akan diterima bagi para pendurhaka, ayat ini mengingatkan manusia tentang siksa dunia. Sesungguhnya kami telah mengutus seorang rasul, Muhammad kepada kamu, wahai penduduk mekah, bahkan juga seluruh manusia, yang menjadi saksi terhadapmu menyangkut sikap dan perbuatan kamu, sebagaimana kami telah mengutus seorang rasul yaitu musa, kepada fir'aun. Namun fir'aun mendurhakai rasul yang kami utus itu, maka kami siksa dia dengan siksaan yang berat. Maka jika kamu wahai penduduk mekah mendurhakai nabi Muhammad, kami dapat menyiksa kamu seperti yang dialami oleh fir'aunMau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Demikianlah kumpulan penjabaran dari banyak ulama terkait kandungan dan arti surat Al-Muzzammil ayat 15 arab-latin dan artinya, moga-moga bermanfaat bagi kita bersama. Bantu kemajuan kami dengan memberi link ke halaman ini atau ke halaman depan Konten Banyak Dibaca Tersedia berbagai materi yang banyak dibaca, seperti surat/ayat Al-Ahzab 59, Al-Isra 24, Al-Mukminun 1-11, Al-Ankabut 45, Az-Zalzalah 7, An-Nur. Termasuk Al-Ashr 2, Al-Anbiya, Ali Imran 185, An-Nisa 1, An-Nur 31, Al-Baqarah 165. Al-Ahzab 59Al-Isra 24Al-Mukminun 1-11Al-Ankabut 45Az-Zalzalah 7An-NurAl-Ashr 2Al-AnbiyaAli Imran 185An-Nisa 1An-Nur 31Al-Baqarah 165 Pencarian ... Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah
Readvarious Tafsirs of Ayah 1 of Surah Al-Muzzammil by trusted Tafsir scholars. In Sahih Al-Bukhari, it is recorded from Anas that he was asked about the recitation of the Messenger of Allah , so he replied, "He used to elongate the letters." the recommendation of slow rhythmic recitation and beautification of the voice while reciting
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ 730 Bismillah hir rahman nir raheem In the name of Allah, the Entirely Merciful, the Especially Merciful. يَـٰٓأَيُّهَا ٱلۡمُزَّمِّلُ 731 Ya aiyuhal muzzammil Sahih InternationalO you who wraps himself [in clothing], قُمِ ٱلَّيۡلَ إِلَّا قَلِيلٗا 732 Qumil laila illaa qaleelaa Sahih InternationalArise [to pray] the night, except for a little – نِّصۡفَهُۥٓ أَوِ ٱنقُصۡ مِنۡهُ قَلِيلًا 733 Nisfahooo awinqus minhu qaleelaa Sahih InternationalHalf of it – or subtract from it a little أَوۡ زِدۡ عَلَيۡهِ وَرَتِّلِ ٱلۡقُرۡءَانَ تَرۡتِيلًا 734 Aw zid alaihi wa rattilil Qur’aana tarteela Sahih InternationalOr add to it, and recite the Qur’an with measured recitation. إِنَّا سَنُلۡقِي عَلَيۡكَ قَوۡلٗا ثَقِيلًا 735 Innaa sanulqee alaika qawlan saqeelaa Sahih InternationalIndeed, We will cast upon you a heavy word. إِنَّ نَاشِئَةَ ٱلَّيۡلِ هِيَ أَشَدُّ وَطۡـٔٗا وَأَقۡوَمُ قِيلًا 736 Inn naashi’atal laili hiya ashadddu wat anw wa aqwamu qeelaa Sahih InternationalIndeed, the hours of the night are more effective for concurrence [of heart and tongue] and more suitable for words. إِنَّ لَكَ فِي ٱلنَّهَارِ سَبۡحٗا طَوِيلٗا 737 Inna laka fin nahaari sabhan taweelaa Sahih InternationalIndeed, for you by day is prolonged occupation. وَٱذۡكُرِ ٱسۡمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلۡ إِلَيۡهِ تَبۡتِيلٗا 738 Wazkuris ma rabbika wa tabattal ilaihi tabteelaa Sahih InternationalAnd remember the name of your Lord and devote yourself to Him with [complete] devotion. رَّبُّ ٱلۡمَشۡرِقِ وَٱلۡمَغۡرِبِ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ فَٱتَّخِذۡهُ وَكِيلٗا 739 Rabbul mashriqi wal maghriibi laaa ilaaha illaa Huwa fattakhizhu wakeelaa Sahih International[He is] the Lord of the East and the West; there is no deity except Him, so take Him as Disposer of [your] affairs. وَٱصۡبِرۡ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَٱهۡجُرۡهُمۡ هَجۡرٗا جَمِيلٗا Wasbir alaa maa yaqoo loona wahjurhum hajran jameelaa Sahih InternationalAnd be patient over what they say and avoid them with gracious avoidance. وَذَرۡنِي وَٱلۡمُكَذِّبِينَ أُوْلِي ٱلنَّعۡمَةِ وَمَهِّلۡهُمۡ قَلِيلًا Wa zarnee walmukaz zibeena ulin na’mati wa mahhilhum qaleelaa Sahih InternationalAnd leave Me with [the matter of] the deniers, those of ease [in life], and allow them respite a little. إِنَّ لَدَيۡنَآ أَنكَالٗا وَجَحِيمٗا Inna ladainaaa ankaalanw wa jaheemaa Sahih InternationalIndeed, with Us [for them] are shackles and burning fire وَطَعَامٗا ذَا غُصَّةٖ وَعَذَابًا أَلِيمٗا Wa ta’aaman zaa ghussa tinw wa’azaaban aleemaa Sahih InternationalAnd food that chokes and a painful punishment – يَوۡمَ تَرۡجُفُ ٱلۡأَرۡضُ وَٱلۡجِبَالُ وَكَانَتِ ٱلۡجِبَالُ كَثِيبٗا مَّهِيلًا Yawma tarjuful ardu waljibaalu wa kaanatil jibaalu kaseebam maheelaa Sahih InternationalOn the Day the earth and the mountains will convulse and the mountains will become a heap of sand pouring down. إِنَّآ أَرۡسَلۡنَآ إِلَيۡكُمۡ رَسُولٗا شَٰهِدًا عَلَيۡكُمۡ كَمَآ أَرۡسَلۡنَآ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ رَسُولٗا Innaa arsalnaaa ilaikum rasoolan shaahidan aleykum kamaaa arsalnaaa ilaa Fir’awna rasoolaa Sahih InternationalIndeed, We have sent to you a Messenger as a witness upon you just as We sent to Pharaoh a messenger. فَعَصَىٰ فِرۡعَوۡنُ ٱلرَّسُولَ فَأَخَذۡنَٰهُ أَخۡذٗا وَبِيلٗا Fa’asaa Fir’awnur Rasoola fa akhaznaahu akhzanw wabeelaa Sahih InternationalBut Pharaoh disobeyed the messenger, so We seized him with a ruinous seizure. فَكَيۡفَ تَتَّقُونَ إِن كَفَرۡتُمۡ يَوۡمٗا يَجۡعَلُ ٱلۡوِلۡدَٰنَ شِيبًا Fakaifa tattaqoona in kafartum yawmany yaj’alul wildaana sheeba Sahih InternationalThen how can you fear, if you disbelieve, a Day that will make the children white- haired? ٱلسَّمَآءُ مُنفَطِرُۢ بِهِۦۚ كَانَ وَعۡدُهُۥ مَفۡعُولًا Assamaaa’u munfatirum bih; kaana wa’duhoo maf’oola Sahih InternationalThe heaven will break apart therefrom; ever is His promise fulfilled. إِنَّ هَٰذِهِۦ تَذۡكِرَةٞۖ فَمَن شَآءَ ٱتَّخَذَ إِلَىٰ رَبِّهِۦ سَبِيلًا Inna haazihee tazkiratun fa man shaaa’at takhaza ilaa Rabbihee sabeelaa Sahih InternationalIndeed, this is a reminder, so whoever wills may take to his Lord a way. ۞إِنَّ رَبَّكَ يَعۡلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدۡنَىٰ مِن ثُلُثَيِ ٱلَّيۡلِ وَنِصۡفَهُۥ وَثُلُثَهُۥ وَطَآئِفَةٞ مِّنَ ٱلَّذِينَ مَعَكَۚ وَٱللَّهُ يُقَدِّرُ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَۚ عَلِمَ أَن لَّن تُحۡصُوهُ فَتَابَ عَلَيۡكُمۡۖ فَٱقۡرَءُواْ مَا تَيَسَّرَ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِۚ عَلِمَ أَن سَيَكُونُ مِنكُم مَّرۡضَىٰ وَءَاخَرُونَ يَضۡرِبُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ يَبۡتَغُونَ مِن فَضۡلِ ٱللَّهِ وَءَاخَرُونَ يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۖ فَٱقۡرَءُواْ مَا تَيَسَّرَ مِنۡهُۚ وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَقۡرِضُواْ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنٗاۚ وَمَا تُقَدِّمُواْ لِأَنفُسِكُم مِّنۡ خَيۡرٖ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ هُوَ خَيۡرٗا وَأَعۡظَمَ أَجۡرٗاۚ وَٱسۡتَغۡفِرُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمُۢ Inna Rabbaka ya’lamu annaka taqoomu adnaa min sulusa yil laili wa nisfahoo wa sulusahoo wa taaa’ifatum minal lazeena ma’ak; wal laahu yuqaddirul laila wanna haar; alima al lan tuhsoohu fataaba alaikum faqra’oo maa tayassara minal quraan; alima an sa yakoonu minkum mardaa wa aakharoona yadriboona fil ardi yabtaghoona min fadlil laahi wa aakharoona yuqaatiloona fee sabeelil laahi faqra’oo ma tayassara minhu wa aqeemus salaata wa aatuz zakaata wa aqridul laaha qardan hasanaa; wa maa tuqadimoo li anfusikum min khairin tajidoohu indal laahi huwa khayranw wa a’zama ajraa; wastaghfirul laahaa innal laaha ghafoorur raheem. Sahih InternationalIndeed, your Lord knows, [O Muhammad], that you stand [in prayer] almost two thirds of the night or half of it or a third of it, and [so do] a group of those with you. And Allah determines [the extent of] the night and the day. He has known that you [Muslims] will not be able to do it and has turned to you in forgiveness, so recite what is easy [for you] of the Qur’an. He has known that there will be among you those who are ill and others traveling throughout the land seeking [something] of the bounty of Allah and others fighting for the cause of Allah. So recite what is easy from it and establish prayer and give zakah and loan Allah a goodly loan. And whatever good you put forward for yourselves – you will find it with Allah. It is better and greater in reward. And seek forgiveness of Allah. Indeed, Allah is Forgiving and Merciful.
Verily We shall send down to you a Word Thaqil. 6. Verily, rising (Nashi'ah) at night is better for understanding and more suitable for speech (recitation). 7. Verily, for you in the day is lengthy Sabh. 8. And remember the Name of your Lord and (Tabattil) devote yourself to Him with complete devotion.
إِنَّ رَبَّكَ يَعۡلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدۡنَىٰ مِن ثُلُثَىِ ٱلَّيۡلِ وَنِصۡفَهُۥ وَثُلُثَهُۥ وَطَآئِفَةٌ مِّنَ ٱلَّذِينَ مَعَكَ ۚ وَٱللَّهُ يُقَدِّرُ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَ ۚ عَلِمَ أَن لَّن تُحۡصُوهُ فَتَابَ عَلَيۡكُمۡ ۖ فَٱقۡرَءُواْ مَا تَيَسَّرَ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ ۚ عَلِمَ أَن سَيَكُونُ مِنكُم مَّرۡضَىٰ ۙ وَءَاخَرُونَ يَضۡرِبُونَ فِى ٱلۡأَرۡضِ يَبۡتَغُونَ مِن فَضۡلِ ٱللَّهِ ۙ وَءَاخَرُونَ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۖ فَٱقۡرَءُواْ مَا تَيَسَّرَ مِنۡهُ ۚ وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَقۡرِضُواْ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنًا ۚ وَمَا تُقَدِّمُواْ لِأَنفُسِكُم مِّنۡ خَيۡرٍ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ هُوَ خَيۡرًا وَأَعۡظَمَ أَجۡرًا ۚ وَٱسۡتَغۡفِرُواْ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ إِنَّ رَبَّكَ يَعۡلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدۡنَىٰ مِن ثُلُثَىِ ٱلَّيۡلِ وَنِصۡفَهُۥ وَثُلُثَهُۥ وَطَآئِفَةٌ مِّنَ ٱلَّذِينَ مَعَكَ ۚ وَٱللَّهُ يُقَدِّرُ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَ ۚ عَلِمَ أَن لَّن تُحۡصُوهُ فَتَابَ عَلَيۡكُمۡ ۖ فَٱقۡرَءُواْ مَا تَيَسَّرَ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ ۚ عَلِمَ أَن سَيَكُونُ مِنكُم مَّرۡضَىٰ ۙ وَءَاخَرُونَ يَضۡرِبُونَ فِى ٱلۡأَرۡضِ يَبۡتَغُونَ مِن فَضۡلِ ٱللَّهِ ۙ وَءَاخَرُونَ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۖ فَٱقۡرَءُواْ مَا تَيَسَّرَ مِنۡهُ ۚ وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَقۡرِضُواْ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنًا ۚ وَمَا تُقَدِّمُواْ لِأَنفُسِكُم مِّنۡ خَيۡرٍ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ هُوَ خَيۡرًا وَأَعۡظَمَ أَجۡرًا ۚ وَٱسۡتَغۡفِرُواْ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ وَنِصۡفَهُۥ dan/atau separuhnya وَثُلُثَهُۥ dan/atau sepertiganya وَطَآئِفَةٞ dan segolongan ٱلَّذِينَ orang-orang yang فَتَابَ maka Dia menerima taubat فَٱقۡرَءُواْ maka bacalah ٱلۡقُرۡءَانِۚ Al Qur'an ini مَّرۡضَىٰ orang-orang yang sakit وَءَاخَرُونَ dan yang lain يَضۡرِبُونَ mereka berjalan يَبۡتَغُونَ mereka mencari وَءَاخَرُونَ dan yang lain يُقَٰتِلُونَ mereka berperang فَٱقۡرَءُواْ maka bacalah وَأَقِيمُواْ dan dirikanlah وَأَقۡرِضُواْ dan berikan pinjaman تُقَدِّمُواْ kamu kerjakan لِأَنفُسِكُم untuk dirimu تَجِدُوهُ kamu perolehnya وَأَعۡظَمَ dan lebih besar وَٱسۡتَغۡفِرُواْ dan mohon ampunlah وَنِصۡفَهُۥ dan/atau separuhnya وَثُلُثَهُۥ dan/atau sepertiganya وَطَآئِفَةٞ dan segolongan ٱلَّذِينَ orang-orang yang فَتَابَ maka Dia menerima taubat فَٱقۡرَءُواْ maka bacalah ٱلۡقُرۡءَانِۚ Al Qur'an ini مَّرۡضَىٰ orang-orang yang sakit وَءَاخَرُونَ dan yang lain يَضۡرِبُونَ mereka berjalan يَبۡتَغُونَ mereka mencari وَءَاخَرُونَ dan yang lain يُقَٰتِلُونَ mereka berperang فَٱقۡرَءُواْ maka bacalah وَأَقِيمُواْ dan dirikanlah وَأَقۡرِضُواْ dan berikan pinjaman تُقَدِّمُواْ kamu kerjakan لِأَنفُسِكُم untuk dirimu تَجِدُوهُ kamu perolehnya وَأَعۡظَمَ dan lebih besar وَٱسۡتَغۡفِرُواْ dan mohon ampunlah Terjemahan Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau Nabi Muhammad berdiri salat kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan demikian pula segolongan dari orang-orang yang bersamamu. Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menghitungnya secara terperinci waktu-waktu tersebut sehingga menyulitkanmu dalam melaksanakan salat malam. Maka, Dia kembali memberi keringanan kepadamu. Oleh karena itu, bacalah ayat Al-Qur’an yang mudah bagimu. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah serta yang lain berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah bagimu darinya Al-Qur’an. Tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh balasan-nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Mohonlah ampunan kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Tafsir Sesungguhnya Rabbmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri, salat, kurang kurang sedikit dari dua pertiga malam, atau seperdua malam, atau sepertiganya jika dibaca nishfihi dan tsulutsihi berarti diathafkan kepada lafal tsulutsay; dan jika dibaca nishfahu dan tsulutsahu berarti diathafkan kepada lafal adnaa. Pengertian berdiri atau melakukan salat sunat di malam hari di sini pengertiannya sama dengan apa yang terdapat di awal surah ini, yakni sesuai dengan apa yang telah diperintahkan Allah kepadanya dan segolongan dari orang-orang yang bersama kamu lafal ayat ini diathafkan kepada dhamir yang terkandung di dalam lafal taquumu, demikian pula sebagian orang-orang yang bersamamu. Pengathafan ini diperbolehkan sekalipun tanpa mengulangi huruf taukidnya, demikian itu karena mengingat adanya fashl atau pemisah. Makna ayat secara lengkap, dan segolongan orang-orang yang bersama kamu yang telah melakukan hal yang sama. Mereka melakukan demikian mengikuti jejak Nabi ﷺ sehingga disebutkan, bahwa ada di antara mereka orang-orang yang tidak menyadari berapa rakaat salat malam yang telah mereka kerjakan, dan waktu malam tinggal sebentar lagi. Sesungguhnya Nabi ﷺ selalu melakukan salat sunah sepanjang malam, karena demi melaksanakan perintah Allah secara hati-hati. Para sahabat mengikuti jejaknya selama satu tahun, atau lebih dari satu tahun, sehingga disebutkan bahwa telapak-telapak kaki mereka bengkak-bengkak karena terlalu banyak salat. Akhirnya Allah ﷻ memberikan keringanan kepada mereka. Dan Allah menetapkan menghitung ukuran malam dan siang. Dia mengetahui bahwa huruf an adalah bentuk takhfif dari anna sedangkan isimnya tidak disebutkan, asalnya ialah annahu kalian sekali-kali tidak dapat menentukan batas waktu-waktu itu yaitu waktu malam hari. Kalian tidak dapat melakukan salat malam sesuai dengan apa yang diwajibkan atas kalian melainkan kalian harus melakukannya sepanjang malam. Dan yang demikian itu memberatkan kalian maka Dia mengampuni kalian artinya, Dia mencabut kembali perintah-Nya dan memberikan keringanan kepada kalian karena itu bacalah apa yang mudah dari Al-Qur'an dalam salat kalian Dia mengetahui, bahwa huruf an adalah bentuk takhfif dari anna, lengkapnya annahu akan ada di antara kalian orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi atau melakukan perjalanan mencari sebagian karunia Allah dalam rangka mencari rezeki-Nya melalui berniaga dan lain-lainnya dan orang-orang yang lain lagi, mereka berperang di jalan Allah ketiga golongan orang-orang tersebut, amat berat bagi mereka hal-hal yang telah disebutkan tadi menyangkut salat malam. Akhirnya Allah memberikan keringanan kepada mereka, yaitu mereka diperbolehkan melakukan salat malam sebatas kemampuan masing-masing. Kemudian ayat ini dinasakh oleh ayat yang mewajibkan salat lima waktu maka bacalah apa yang mudah dari Al-Qur'an sebagaimana yang telah disebutkan di atas dan dirikanlah salat fardu tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah seumpamanya kalian membelanjakan sebagian harta kalian yang bukan zakat kepada jalan kebajikan pinjaman yang baik yang ditunaikan dengan hati yang tulus ikhlas. Dan kebaikan apa saja yang kalian perbuat untuk diri kalian, niscaya kalian akan memperoleh balasannya di sisi Allah sebagai balasan yang jauh lebih baik dari apa yang telah kalian berikan. Lafal huwa adalah dhamir fashal. Lafal maa sekalipun bukan termasuk isim makrifat akan tetapi diserupakan dengan isim makrifat karena tidak menerima takrif dan yang paling besar pahalanya. Mohonlah ampun kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada orang-orang mukmin. Topik
AlQur'an Surat Al-Muzammil - Surat Al Muzzammil terdiri atas 20 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Al Qalam.Dinamai Al Muzzammil (orang yang berselimut) diambil dari perkataan Al Muzzammil yang terdapat pada ayat
Al-Muzzammil 1 ~ Quran Terjemah Perkata dan Tafsir Bahasa Indonesia يٰٓاَيُّهَا الْمُزَّمِّلُۙ المزّمّل ١ yāayyuhāيَٰٓأَيُّهَاO youwahail-muzamiluٱلْمُزَّمِّلُwho wraps himself!orang yang berselimut Transliterasi Latin Yā ayyuhal-muzzammil QS. 731 Arti / Terjemahan Hai orang yang berselimut Muhammad, QS. Al-Muzzammil ayat 1 Tafsir Ringkas KemenagKementrian Agama RI Di akhir surah al-Jinn dijelaskan tentang keagungan al-Qur’an dan pemeliharaan Allah atas wahyu yang diturunkannya tersebut, sedangkan di awal surah ini berisi petunjuk kepada Nabi Muhammad untuk mempersiapkan diri menghadapi turunnya wahyu yang berat. Wahai orang yang berselimut, yaitu Nabi Muhammad!Tafsir Lengkap KemenagKementrian Agama RI Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad yang sedang berselimut supaya mendirikan salat pada sebagian malam. Seruan Allah kepada Nabi Muhammad ini didahului dengan kata-kata "Hai orang yang berselimutTafsir al-JalalainJalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi Hai orang yang berselimut yakni Nabi Muhammad. Asal kata al-muzzammil ialah al-mutazammil, kemudian huruf ta diidghamkan kepada huruf za sehingga jadilah al-muzzammil, artinya, orang yang menyelimuti dirinya dengan pakaian sewaktu wahyu datang kepadanya karena merasa takut akan kehebatan wahyu itu. Tafsir Ibnu KatsirIsmail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Allah Swt. memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk meninggalkan selimut yang menutupi dirinya di malam hari, lalu bangun untuk menunaikan ibadah kepada Tuhannya dengan melakukan qiyamul lail, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-NyaLambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedangkan mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. As-Sajdah 16Dan demikianlah Nabi Saw., beliau selalu mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah Swt. kepadanya seperti qiyamul lail. Hal itu hukumnya wajib khusus bagi Nabi Saw. seorang, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-NyaDan pada sebagian malam hari bersalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. Al-Isra 79Dan dalam surat ini dijelaskan kadar waktu yang ia harus jalani untuk melakukan qiyamul lail salat sunat malam hari. Untuk itu Allah Swt. berfirmanHai orang yang berselimut Muhammad, bangunlah untuk salat di malam hari, kecuali sedikit darinya. Al-Muzzammil 1 -2Ibnu Abbas, Ad-Dahhak, dan As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya Hai orang yang berselimut. Al-Muzzammil 1 Yakni hai orang yang sedang tidur; menurut Qatadah, orang yang berselimut dengan pakaiannya. Ibrahim An-Nakha'i mengatakan bahwa ayat ini diturunkan saat Nabi Saw. sedang menyelimuti dirinya dengan jubahnya. Syabib ibnu Bisyr telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya Hai orang yang berselimut. Al-Muzzammil 1 Allah Swt. berfirman, "Hai Muhammad, engkau selimuti Al-Qur'an."Tafsir Quraish ShihabMuhammad Quraish Shihab [[73 ~ AL-MUZZAMMIL ORANG YANG BERSELIMUT Pendahuluan Makkiyyah, 20 ayat ~ Dalam surat yang mulia ini, Allah Swt. memerintahkan rasul-Nya untuk mengisi sebagian besar malam dengan salat dan membaca al-Qur'ân. Rasul pun, sesuai perintah Tuhannya, beserta sekelompok orang yang mengikutinya menjalankan perintah itu. Tetapi di akhir surat ini, Allah memberikan keringanan kepada rasul dan pengikutnya, meskipun tetap menyuruh mereka untuk melaksanakan salat, menunaikan zakat serta memperbanyak sedekah dan istighfar. Di pertengahan surat, Allah Swt. menyuruh rasul-Nya agar bersabar menghadapi berbagai ucapan orang yang mendustakannya. Biarkanlah mereka mendapatkan azab yang dijanjikan Allah. Sesungguhnya Allah mengancam orang-orang kafir itu dengan azab yang pernah diturunkan kepada Fir'aun dan pengikutnya akibat menentang dan melanggar ajakan rasul mereka. Selain itu, Allah juga memaparkan tentang kedahsyatan hari kiamat agar mereka menjadi takut.]] Wahai orang yang melipat diri dengan selimut, bangunlah pada malam hari untuk melakukan salat. Kurangilah waktu tidurmu. Isilah-dengan salat-seperdua malam atau kurang sedikit hingga mencapai sepertiganya. Atau tambahkanlah waktunya hingga mencapai duapertiga dari waktu malam itu. Bacalah al-Qur'ân secara perlahan-lahan sehingga jelas huruf dan saat berhentinya. Bacalah dengan bacaan yang baik dan benar.
. uznw7n8ncu.pages.dev/671uznw7n8ncu.pages.dev/358uznw7n8ncu.pages.dev/814uznw7n8ncu.pages.dev/194uznw7n8ncu.pages.dev/505uznw7n8ncu.pages.dev/791uznw7n8ncu.pages.dev/413uznw7n8ncu.pages.dev/928uznw7n8ncu.pages.dev/109uznw7n8ncu.pages.dev/382uznw7n8ncu.pages.dev/444uznw7n8ncu.pages.dev/471uznw7n8ncu.pages.dev/728uznw7n8ncu.pages.dev/249uznw7n8ncu.pages.dev/643
tafsir surat al muzzammil