Katakanlah “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. 62:8) Kebanyakan orang menghindari untuk berpikir tentang kematian.
“Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Segala sesuatu yang kita anggap buruk, boleh jadi baik untuk kita. Sebaliknya, segala sesuatu yang kita anggap baik, boleh jadi amat buruk bagi kita. Mulailah menerima dengan lapang hati. Karena kita mau menerima atau menolaknya, dia tetap terjadi. Takdir tidak pernah bertanya apa perasaan kita, apakah kita bahagia, apakah kita tidak suka. Takdir bahkan basa basi menyapa pun tidak. Tidak peduli, Nah. Kabar baiknya, karena kita tidak bisa mengendalikannya, bukan berarti kita jadi makhluk tidak berdaya. Kita tetap bisa mengendalikan diri sendiri bagaimana menyikapinya. Apakah bersedia menerimanya, atau mendustakannya.” “….boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui,sedang kamu tidak mengetahui”QS Al-Baqarah 216 Setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan pasti punya sesuatu yang ia inginkan. Sebutlah cita-cita’, terkadang apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan apa yang terjadi, tapi tahukah kamu itu semua sudah skenario Allah? Rintik Sedu seorang penulis era milenial pernah bilang di salah satu podcast nya berjudul Semesta Enggak Pernah Ingkar Janji “kalau orang lain berhasil, itu bukan salah dia, bukan salah kita juga, ya itu sudah begitu jalannya Ustadz Adi Hidayat dalam ceramahnya juga pernah bilang dan menganalogikan “Keinginan anda ke ITB tapi kemudian beloknya ke UNPAD bagaimana memakainya? perhatikan!, kadang jalan kehidupan yang telah Allah tetapkan bukan harus menetukan hasil sesuai dengan apa yang ada inginkan, tapi Allah menetapkan sesuai dengan apa yang anda butuhkan” ungkap adi hidayat dalam ceramahnya jika sesuatu tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, itu bukan berarti Allah ga sayang kita mba/kang. Tapi karena Allah tahu apa yang terbaik buat kita. ” Kita diwajibkan belajar , bukan diwajibkan menjadi pintar.. Kita diwajibkan bekerja , bukan diwajibkan untuk berhasil.. Kita diwajibkan berikhtiar semampu kita , tapi tak diwajibkan meraih sesuai keinginan kita.. Sehebat apapun manusia , ia tetap tak mampu menghalangkan kuasa allah.. ALLAH MEMBERIKAN YANG KITA BUTUHKAN , BUKAN YANG KITA INGINKAN ” alhikmahdua
Allahberfirman: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.” (SQ. Al-Ahzab: 40) Dahulu setiap nabi diutus khusus kepada kaumnya, sementara Allah mengutus Rasul-Nya Muhammad sallallahu alaihi wa sallam kepada seluruh manusia. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Danapa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya
Oleh Sherly Agustina Revowriter Cilegon[email protected] Firman Allah SWT إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk,” QS. Al-Qasas 56. BACA JUGA Menjemput Hidayah Maksud ayat ini adalah sesungguhnya kamu wahai Rasul tidak bisa memberikan hidayah taufik kepada orang yang kamu inginkan memperoleh hidayah. Akan tetapi, urusan itu berada di tangan Allah, Dia memberikan hidayah kepada orang yang dikehendakiNya untuk Dia beri hidayah menuju keimanan dan memberikan taufik kepadanya menuju hidayah itu. Dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang pantas menerima hidayah dan kemudian Dia menunjukkannya kepadanya. Mari kita renungkan ayat ini. Dalam keseharian ketika berinteraksi dengan orang lain, sahabat, keluarga, tetangga dan yang lainnya. Mungkin kita sering menemukan masalah. Allah memang memerintahkan kita untuk saling mengingatkan. Dalam surat Al-Ashr misalnya Allah berfirman “Demi Masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Dan yang saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran,” QS. Al Ashr, 1-4. Namun, hal yang harus diingat adalah kewajiban kita hanya menyampaikan bukan mengubah. Maka ketika kita sudah mencoba berusaha menyampaikan kebenaran, mengingatkan dalam kebaikan sudah gugur kewajiban kita. Tidak ada kewajiban setelah kita mengingatkan orang yang kita ingatkan harus berubah. Karena sesungguhnya hak preogratif Allah kepada siapa saja yang Allah kehendaki untuk berubah dan mendapat hidayah. Sekalipun orang tersebut adalah orang yang sangat kita cintai. Orang tua, suami, istri, anak, sahabat dekat atau bahkan diri kita sendiri. Ingat kisah Rasul dengan pamannya Abu Thalib. Rasul beriman kepada Allah, sementara pamannya Abu Thalib tidak. Rasul berdoa sekuat tenaga bahkan sampai menangis dan memohon agar pamannya mendapat hidayah, tapi Allah tidak menghendakinya. Karena apa? Karena hak memberi hidayah hanya ada pada Allah. Allah saja yang tahu kepada siapa yang dikehendakiNya untuk diberi hidayah. Maka bukan kewajiban kita mengubah orang lain atau memberikan hidayah, tapi bisa jadi melalui kita orang tersebut mendapat hidayah. BACA JUGA Hidayah Allah bagi Manusia Bengis Hal yang sangat kita takutkan adalah bagaimana jika kita bukan bagian dari hamba yang dikehendakiNya untuk mendapatkan hidayah? Maka mari kita harus terus muhasabah atau introspeksi memohon ampun kepada Allah, memohon rahmatNya semoga kita bagian dari hambaNya yang dimudahkan mendapat hidayahNya, yang dimudahkan ketika diingatkan dalam kebaikan dan kebenaran. Begitu juga dengan orang-orang yang kita sayangi karena Allah SWT. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , bahwa Rasûlullâh SAW bersabda, “Barangsiapa mengajak manusia kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa mengajak manusia kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” Al Hadits. [] RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke [email protected], paling banyak dua 2 halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.
Artinya “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata
Matius 2032-34 Lalu Yesus berhenti dan memanggil mereka. Ia berkata “Apa yang kamu kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab mereka “Tuhan, supaya mata kami dapat melihat.” Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia menjamah mata mereka dan seketika itu juga mereka melihat lalu mengikuti Dia. Jika hari ini Yesus menanyakan hal yang sama seperti yang Dia lakukan kepada mereka yang di buta dalam cerita di atas, “Apa yang kamu kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Kira-kira Anda mau menjawab apa? Baca juga KITA BISA DAN KITA SANGGUP DI DALAM YESUS Para pesakitan di atas menjawab, “Tuhan, yang kami mau adalah kesembuhan,” Yesus pun menyembuhkan mereka. Firman Tuhan mengatakan Yesus menyembuhkan mereka karena tergerak oleh belas kasihan. Ya, Dia adalah Bapa yang penuh dengan kasih. Firman Tuhan dalam Lukas 1111 dan 13a mengatakan, “Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga!” Hari ini saya ingin kita mengerti bahwa kita tidak perlu takut untuk meminta dari Bapa kita. Dia Bapa yang mendengar, sekaligus menjawab doa-doa kita. Namun, saya juga ingin mengatakan bahwa tidak semua yang kita minta dapat terwujud, karena kita hanya dapat menerima sesuatu yang Tuhan janjikan. Baca juga APA YANG DIMAKSUD DENGAN KASIH TUHAN YANG KEKAL? Jadi, pastikan ketika kita meminta sesuatu dari Tuhan, kita tahu Tuhan memang menjanjikannya bagi kita. Jika tidak, kita tidak akan pernah menerimanya. penulis mistermuryadi
Allahmelipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah 2:261). 4. SEDEKAH MENJAUHKAN DIRI DARI API NERAKA Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. 3:92). Allah memerintahkan kita untuk berinfaq dengan sesuatu
Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal. Mengenal Yang Benar Kata Yesus kepadanya “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Kebenaran Yang diimani adalah seluruh Kebenaran Firman Tuhan dalam Alkitab sebagai Pedoman Iman Kristen dan Tuhan Yesus Yang Adalah Kebenaran Yang Hidup itu sendiri. “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi allurement Allah yang kudus, di dalam Tuhan.” “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Berada di dalam Yang Benar Cara Mengenal yang Benar adalah Seseorang harus berbalik kepada Tuhan Yang Hidup dan Beriman kepada-Nya. “Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya. Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.” “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” Keuntungan Tinggal di dalam Yang Benar Tinggal Bersama Tuhan Yesus “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” Wahyu 320 Menjadi Milik Bapa Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya. “Doa-doanya di Jawab Tuhan Yesus. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.” Hidup Berdamai dengan Semua Orang “Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya. Bangsaku akan diam di tempat yang damai, di tempat tinggal yang tenteram di tempat peristirahatan yang aman.” Mendapatkan Hidup Kekal “Aku berkata kepadamu Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.” Hidup dalam Kemerdekaan “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.” Sebagai penutup, ada tiga hal yang menjadi penekanan dalam refleksi Minggu ini. Yaitu, Mengenal Yang Benar, Tinggal di dalam Yang Benar, dan Berbuah dalam Yang Benar. Mengenal yang benar Dialah Tuhan Yesus Kristus. Karena Anugerah-Nya seseorang bisa mengenal yang benar. Hanya ketika hati seseorang berbalik kepada Tuhan dan beriman kepadanya, maka dia akan mengenal yang benar dan Tinggal di dalam Yang Benar. Tuhan akan mengangkat selaput dari matanya dan dia mengenal Yang Benar secara benar. Kebenaran itu menghidupkan, membebaskan, memerdekakan, memberi masa depan yang penuh harapan dan kepastian, serta menerima janji-janji Tuhan. Amin. Ps. Marthinus G. Radja, Ketua Umum Sinode Gereja Kasih Karunia Indonesia atau GEKARI
FirmanAllah dalam ayat yang lain (yang bermaksud): “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agama kamu, dan telah Aku cukupkan kepada kamu nikmat-Ku dan telah Aku redhai ISLAM itu menjadi agama bagi kamu.” (Al-Ma’idah 5 : 3) Justeru bagi kita yang telah dilimpahkan begitu banyak nikmat Allah, bagaimana wajar kita membuktikan
Maksudku ialah hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging – karena keduanya bertentangan – sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. Perbuatan daging telah nyata, yaitu percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu – seperti yang telah kubuat dahulu – bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Tetapi buah Roh ialah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh Allahadalah Tuhan, Yang Menciptakan kita.. Erti kejayaan manusia telah pun Dia beritahu.. Tapi kita masih mahu mendefinasikan kejayaan itu dari kaca mata kita seorang manusia! (berbeza dengan apa yang Allah ertikan untuk kita) Ya Allah! Berilah kami kesabaran kebijaksanaan, kekuatan dalam menghadapai ujian-ujian-Mu. – Nasib dan takdir merupakan satu kesatuan dari ketetapan Allah SWT pada kehidupan hambanya. kedua hal ini tidaklah dapat dipisahkan begitu sebagian orang tidak percaya bahwa takdir hidup dapat diubah menjadi lebih baik. bagaiman caranya? YA! Berusaha dan hidup kita susah, itu adalah nasib dan kita masih bisa untuk merubahnya tentunya dengan berusaha dan berdoa sertan tawaqal kepada-Nya. Saat nasib kita telah berubah, kita berhasil, hidup kita menjadi lebih baik, saat itulah secara tidak langsung kita juga merubah takdir Allah 8 cara untuk merubah nasib dalam islam. Mari kita bahas sepelekan dengan kekuatan niat. Niat akan membawa keberhasilan. Bagaimana Anda akan mendapatkan sesuatu jika Anda tidak meniatkan diri untuk mendapatkan. Adalah betul, niat saja tidak cukup dan saya tidak mengatakan hanya niat untuk meraih sukses. Yang saya maksudkan adalah niat sebagai awal Anda dalam meraih sukses sebagai cara membersihkan hati dan pikiran .Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadistDari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata Saya mendengar Rasulullah saw bersabda Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang akan dibalas berdasarkan apa yang dia niatkan. HR Bukhari Muslim.Menuntut ilmu ada kewajiban kita sebagai umat Islam. Yang salah adalah menuntut ilmu saja tanpa diamalkan. Menjadi bodoh karena malas menuntut ilmu juga salah. Bertindak tanpa ilmu seperti berjalan di kegelapan.“Dan sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah seperti keutamaan cahaya bulan purnama atas seluruh cahaya bintang. Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majjah“Barangsiapa menginginkan sukses dunia hendaklah diraihnya dengan ilmu dan barangsiapa menghendaki sukses akherat hendaklah diraihnya dengan ilmu, barangsiapa ingin sukses dunia akherat hendaklah diraih dengan ilmu” ~Iman Syafi’iJika Anda mau sukses dalam karir, maka pelajari berbagai ilmu yang berkaitan dengan karir. Contohnya yang berkaitan dengan kemampuan spesifik yang berkaitan dengan kerja Anda. Juga jangan lupakan ilmu-ilmu soft skill yang sepertinya tidak nyambung, padahalnya sangat penting untuk keberhasilan karir Anda. Ilmu berhubungan dengan manusia dan leadership juga sangat penting. Dengan ilmu, kualitas tindakan, pemikiran, ide-ide, termasuk keputusan Anda akan lebih baik. Jangan takut pusing karena kebanyakan ilmu. Justru semakin banyak ilmu akan semakin terang jalan ke Arah lebih baikAllah yang menentukan, namun perintah Allah juga agar kita mau mengubah diri sendiri. Maka, jika Anda ingin meraih apa yang Anda inginkan atau mengubah kondisi Anda, maka berubahlah.“Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu sendiri yang mengubah nasib atau keadaan yang ada pada dirinya ” QS Ar-Ra’d11Hadits dari Imam Turmudzi dan Hakim, diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, bahwa Nabi SAW Bersabda “Barangsiapa hatinya terbuka untuk berdo’a, maka pintu-pintu rahmat akan dibukakan untuknya. Tidak ada permohonan yang lebih disenangi oleh Allah daripada permohonan orang yang meminta keselamatan. Sesungguhnya do’a bermanfa’at bagi sesuatu yang sedang terjadi dan yang belum terjadi. Dan tidak ada yang bisa menolak taqdir kecuali doa, maka berpeganglah wahai hamba Allah pada doa”. HR Turmudzi dan HakimKapan kita harus berdoa? Jawabannya setiap saat. Selain waktu-waktu tertentu yang mustajab, kita juga perlu terus memanjatkan doa kita setiap saat. Berdoa itu tidak selamanya dengan kalimat-kalimat tertentu saja. Sehabis shalat dhuha memang ada doa yang dicontohkan. Begitu juga sehabis shalat tahajud apalagi wajib. Ada da yang sudah dicontohkan dan kita boleh dengan menambah dengan doa sendiri sesuai keinginan kita.“Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas kurnia-Nya lagi Maha Mengetahui. QS. Al Baqarah 261Tetap Syukuri Keadaan yang Ada“Jika kamu bersyukur pasti akan aku tambah nikmat-Ku untukmu dan jika kamu kufur maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih” QS Ibrahim 7Ini adalah topik yang menarik. Bagaimana syukur akan meningkatkan kesuksesan Anda. Allah akan menambah nikmat orang-orang yang bersyukur. Namun kebanyakan orang tidak bersyukur. Padahal banyak sekali yang bisa kita syukuri. Nikmat Allah begitu syukur sebagai keseharian kita. Jadikan syukur sebagai kebiasaan kita. Tidak melulu hanya bersyukur saat mendapatkan nikmat yang baru. Nikmat yang sudah kita miliki sejak lahir pun perlu kita syukuri setiap saat. Jangan pelit bersyukur karena Allah tidak pelit memberi nikmat kepada Umar bin Khoththob radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda “Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-sebenarnya tawakkal, niscaya Dia akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada seekor burung yang pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali pada sore hari dalam keadaan kenyang.” Diriwayatkan oleh at-TirmidziTawakal sangat berkaitan dengan do’a. Saat Anda berdo’a ingin dilancarkan usaha Anda, ini salah satu bentuk tawakal. Mudah-mudahan Anda sudah memahami bahwa tawakal bukan berarti diam. Tawakal dan ikhtiar keduannya bisa dilakukan bersamaan. Secara fisik Anda bekerja sementara hati Anda bertawakal kepada AllahSelanjutnya untuk merubah diri menjadi lebih baik, Anda tidak boleh mudah menyerah. Proses berhijrah itu sulit. Bahkan mungkin menimbulkan pertentangan baik dari dalam hati ataupun orang sekitar. Maka itu, Anda harus kuat. Tidak apa-apa jika Anda melakukannya secara perlahan. Asalkan jangan mundur ke belakang kembali. Percayalah bahwa Allah Ta’ala tidak akan membiarkanAndaa berjalan sendirian. Dia selalu ada di dekat Anda. Hanya saja Anda tidak bisa melihatnya. Allah Ta’ala itu Maha Menyayangi dan Mengasihi hamba-hambaNya. Jadi tak perlu bersedih sebab selalu ada Allah Ta’ala yang membantu perjuangan 8 tips untuk merubah nasib kearah yang lebih baik dalam islam. Semoga Allah selalu membarikan kita pertolongan untuk menjadi yang lebih baik. Jangan menyerah dan jangan pernah takut untuk mencoba, gagal coba lagi, jatuh bangkit lagi. Insya Allah peluh kita, kerja keras kita akan lillah. Amin. post Ini 8 Tips untuk Merubah Nasib dalam Islam appeared first on

94 "Doa itu bukan untuk mengingatkan Allah tentang masalah yang sedang kamu hadapi, tetapi doa adalah mengingatkanmu akan siapa Allah itu." 95. "Allah tahu apa yang terbaik buat kamu dan kapan waktu yang tepat untuk kamu memilikinya." 96. "Keimanan membuat seseorang cinta dengan kematian. Kekufuran membuat seseorang takut

وَرَبُّكَ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُ وَيَخۡتَارُ‌ؕ مَا كَانَ لَهُمُ الۡخِيَرَةُ‌ ؕ سُبۡحٰنَ اللّٰهِ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشۡرِكُوۡنَ Wa Rabbuka yakhuluqu maa yashaaa'u wa yakhtaar; maa kaana lahumul khiyarah; Subhannal laahi wa Ta'aalaa 'ammmaa yushrikuun Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka manusia tidak ada pilihan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. Juz ke-20 Tafsir Begitulah yang akan dialami orang-orang musyrik di akhirat kelak. Semuanya kembali kepada hikmah dan kebijaksanaan Allah dalam segala hal, termasuk menjadikan hati yang terbuka untuk menerima hidayah dan hati yang tertutup. Dan Tuhan Pemelihara-mu menciptakan apa dan siapa yang Dia kehendaki untuk diciptakan, dan memilih apa dan siapa yang Dia kehendaki untuk menerima anugerah dan mengemban amanat dari-Nya. Sekali-kali bagi mereka yang diciptakan, baik manusia maupun selainnya, tidak ada pilihan lain kecuali menerima ketetapan-Nya, suka atau tidak suka. Mahasuci Allah dari segala sifat dan tindakan yang buruk atau salah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan dengan mengangkat berhala-berhala sebagai sembahan selain Allah. Apa pun yang dialami oleh manusia, senang atau sedih, bukan mereka yang memilihnya, tetapi Allah yang memilihnya, sehingga harus diterima dengan lapang dada. Manusia hanya diminta untuk berusaha semaksimal mungkin dan menyerahkan hasilnya kepada Allah. Ayat ini menerangkan bahwa Allah yang menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dia satu-satunya yang berwenang memilih dan menentukan sesuatu hal, baik yang tampak maupun yang tidak, sebagaimana firman-Nya Apakah pantas Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Mahahalus, Maha Mengetahui. al-Mulk/67 14 Dan firman-Nya Dan tidakkah mereka tahu bahwa Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka nyatakan? al-Baqarah/2 77 Allah Maha Mengetahui semua makhluk-Nya, mengetahui hal ihwal, watak, dan karakternya. Kemudian Dia memilih dari hamba-hamba-Nya, siapa di antara mereka yang berhak dan wajar menerima hidayah dan diangkat menjadi rasul yang mampu melaksanakan tugasnya. Firman Allah Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan-Nya. al-An'am/6 124 Bila Allah telah menentukan sesuatu, maka manusia tidak dapat memilih sesuai keinginannya. Ia harus menerima dan menaati apa yang telah ditetapkan Allah. Firman Allah Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan yang lain bagi mereka tentang urusan mereka. al-Ahzab/33 36 Ayat ini diakhiri dengan satu penjelasan bahwa Allah Mahasuci dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan. Tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi pilihan-Nya dan membatalkan ketentuan-Nya. Bagaimanapun keinginan dan kegigihan Nabi Muhammad memberi petunjuk untuk mengislamkan pamannya, Abu thalib, dan bagaimanapun kehendak dan kesungguhan penduduk Mekah supaya diutus seorang rasul dari kalangan mereka, semuanya itu gagal dan tidak terlaksana. Hanya pilihan dan ketentuan Allah yang berlaku dan menjadi kenyataan. sumber Keterangan mengenai QS. Al-QasasSurat Al Qashash terdiri atas 88 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai dengan Al Qashash, karena pada ayat 25 surat ini terdapat kata Al Qashash yang berarti cerita. Ayat ini menerangkan bahwa setelah Nabi Musa bertemu dengan Nabi Syua'ib ia menceritakan cerita yang berhubungan dengan dirinya sendiri, yakni pengalamannya dengan Fir'aun, sampai waktu ia diburu oleh Fir'aun karena membunuh seseorang dari bangsa Qibthi tanpa disengaja, Syua'ib menjawab bahwa Musa telah selamat dari pengejaran orang-orang zalim. Turunnya ayat 25 surat ini amat besar artinya bagi Nabi Muhammad dan bagi sahabat-sahabat yang melakukan hijrah ke Madinah, yang menambah keyakinan mereka, bahwa akhirnya orang-orang Islamlah yang menang, sebab ayat ini menunjukkan bahwa barangsiapa yang berhijrah dari tempat musuh untuk mempertahankan keimanan, pasti akan berhasil dalam perjuangannya menghadapi musuh-musuh agama. Kepastian kemenangan bagi kaum muslimin itu, ditegaskan pada bagian akhir surat ini yang mengandung bahwa setelah hijrah ke Madinah kaum muslimin akan kembali ke Mekah sebagai pemenang dan penegak agama Allah. Surat Al Qashash ini adalah surat yang paling lengkap memuat cerita Nabi Musa sehingga menurut suatu riwayat, surat ini dinamai juga dengan surat Musa.

SANTAPANROHANI Selasa, 1 Mei 2012 Baca: Roma 12:1-2,9-18 Jadilah seperti yang Allah kehendaki dan engkau akan menggerakkan dunia.” Dengan mengutip perkataan St. Catherine dari Siena ini, sang Uskup London pun mengawali khotbah yang disampaikannya kepada Pangeran William dan Kate Middleton pada pernikahan mereka di Westminster Abbey. Menafsirkan ayat Al-Qur’an tidak bisa tidak mesti mengacu pada pakem ulama ahli tafsir. Bila tidak, potensi salahnya sangat besar, apalagi bila sang penafsir awam tentang kitab-kitab tafsir, ulumul qur’an, dan kaidah tafsir. Contoh ayat yang kerap dikutip penceramah atau motivator—lalu menafsirkannya—adalah Surat Ar-Ra’d ayat 11 berikut لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللهِ إِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ Artinya “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” QS Ar-Ra’d 11. Ayat di atas sering dipotong oleh sebagian kalangan dengan hanya mengambil bagian ayat berikut إِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ Artinya “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Ayat ini digunakan sebagai ayat motivasi bahwa Allah tidak akan mengubah nasib seseorang menjadi lebih baik kecuali dengan usaha dan jerih payahnya sendiri. Tafsiran seperti ini bertentangan dengan realitas lapangan. Berapa banyak orang yang berusaha mengubah nasib mereka dengan membanting tulang, kaki di kepala dan kepala di kaki, demi ingin mengubah nasibnya menjadi lebih baik, tapi berapa persen dari mereka yang berhasil? Ayat Al-Qur’an merupakan sebuah kepastian. Jika diartikan bahwa perubahan nasib menjadi lebih baik di tangan seseorang, tentu tidak akan ada orang gagal dari usahanya. Buktinya tidak demikian. Selain itu, keyakinan bahwa semua kesuksesan dikembalikan kepada pribadi seseorang—baru Allah mengikutinya—merupakan bagian dari doktrin Mu’tazilah. Dalam paham ini, perilaku hamba menentukan segalanya. Lalu bagaimana tafsir ulama pada ayat di atas? لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِاللهِ Sebagian ulama, sebagaimana dikutip oleh Ath-Thabari dalam tafsirnya, ayat di atas menjelaskan bahwa setiap manusia selalu didampingi oleh malaikat siang–malam yang silih berganti. Malaikat siang datang, pada saat itu juga malaikat malam meninggalkan seseorang. Saat sore, malaikat siang pergi sedangkan malaikat malam mulai datang. Menurut sebagian ulama, malaikat yang silih berganti ini bernama malaikat hafadzah. إِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ Masih menurut At-Thabari, maksud ayat ini justru menjelaskan bahwa semua orang itu dalam kebaikan dan kenikmatan. Allah tidak akan mengubah kenikmatan-kenikmatan seseorang kecuali mereka mengubah kenikmatan menjadi keburukan sebab perilakunya sendiri dengan bersikap zalim dan saling bermusuhan kepada saudaranya sendiri. يقول تعالى ذكره إن الله لا يغير ما بقوم، من عافية ونعمة، فيزيل ذلك عنهم ويهلكهم = حتى يغيروا ما بأنفسهم من ذلك بظلم بعضهم بعضًا، واعتداء بعضهم على بعض، Artinya “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum yang berupa sehat sejahtera dan penuh kenikmatan kemudian kenikmatan itu menjadi dibuang dan dirusak oleh Allah, sampai mereka mengubah sesuatu yang ada para pribadi mereka yaitu dengan sikap dzalim antar sesama dan permusuhan terhadap orang lain” Muhammad bin Jarir at-Thabari, Jami’ul Bayan fi ta’wilil Qu’an, [Muassasah ar-Risalah 2000], juz 16, hlm. 382. Ayat di atas menunjukkan bahwa hakikat setiap manusia itu sebagai orang yang berhak mendapatkan kenikmatan penuh, karena pada dasarnya mereka adalah suci sebagaimana dalam ayat فِطْرَةَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا Artinya “Tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu” QS Ar-Rum 30. Dalam hadits, Rasulullah bersabda كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ، Artinya “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci” HR Bukhari. Jika setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, tentu dia mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan kenikmatan dari Allah. Perubahan status menjadi Majusi, Yahudi, Nasrani adalah andil orang tua atau dirinya sendiri. Berbeda dengan pemahaman jika semua nasib orang itu buruk, untuk mendapatkan nasib yang baik harus mengubahnya. Ini tidak sesuai dengan pemahaman para ulama ahli tafsir. Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan قَوْلُهُ تَعَالَى إِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ أَخْبَرَ اللهُ تَعَالَى فِي هَذِهِ الْآيَةِ أَنَّهُ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يَقَعَ مِنْهُمْ تَغْيِيرٌ، إِمَّا مِنْهُمْ أَوْ مِنَ النَّاظِرِ لَهُمْ، أَوْ مِمَّنْ هُوَ مِنْهُمْ بِسَبَبٍ، كَمَا غَيَّرَ اللهُ بِالْمُنْهَزِمِينَ يَوْمَ أُحُدٍ بِسَبَبِ تَغْيِيرِ الرُّمَاةِ بِأَنْفُسِهِمْ، إِلَى غَيْرِ هَذَا مِنْ أَمْثِلَةِ الشَّرِيعَةِ، فَلَيْسَ مَعْنَى الْآيَةِ أَنَّهُ لَيْسَ يَنْزِلُ بِأَحَدٍ عُقُوبَةٌ إِلَّا بِأَنْ يَتَقَدَّمَ مِنْهُ ذَنْبٌ، بَلْ قَدْ تَنْزِلُ الْمَصَائِبُ بِذُنُوبِ الْغَيْرِ، كَمَا قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- وَقَدْ سُئِلَ أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ؟ قَالَ- نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ Artinya “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Dalam ayat ini Allah member tahu bahwa Ia tidak mengubah suatu kaum sehingga ada salah satu di antara mereka ada yang mengubahnya. Bisa jadi dari golongan mereka sendiri, pengamat, atau faktor penyebab yang masih mempunyai hubungan sebagaimana para pasukan yang dikalahkan pada saat perang Uhud disebabkan penyelewengan yang dilakukan oleh ahli panah. Demikian pula contoh-contoh dalam syari’at. Ayat ini tidak mempunyai arti bahwa kekalahan perang Uhud murni disebabkan perilaku dosa seseorang, tapi terkadang musibah-musibah itu turun disebabkan oleh dosanya orang lain sebagaimana sabda Nabi Muhammad ketika ditanya salah seorang “Wahai Rasul, apakah kita akan mengalami kehancuran sedangkan di antara kita ada yang shalih?” Jawab Nabi “Ya, jika ada banyak pelaku zinanya” Muhammad bin Ahmad Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, [Darul Kutub al-Mishriyyah Kairo, 1964], juz 9, hlm. 294. Kedua tafsir tersebut, baik ath-Thabari maupun al-Qurthubi, sepakat bahwa manusia pada dasarnya menerima anugerah kenikmatan tapi perilaku manusia dapat mengubah kenikmatan itu menjadi keburukan atau musibah. Hanya saja, Imam al-Qurthubi berpendapat, faktor berkurangnya atau hilangnya kenikmatan yang diterima hamba itu tidak tunggal. Menurutnya, faktor itu bisa murni bersumber dari kesalahan hamba itu sendiri, bisa pula dari kesalahan anggota keluarga atau komunitas sekitarnya, sebagaimana terjadi pada perang Uhud. Pasukan Muslimin pada perang Uhud kalah bukan lantaran kesalahan semua pasukan, tapi ada kesalahan beberapa individu saja tapi orang lain mendapatkan getahnya. Dengan bahasa lain, kesalahan segelintir orang itu berdampak sistemik lalu menggoyahkan kekuatan kelompok secara keseluruhan. Dalam kitab Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, Imam Baidhawi juga menyatakan إِنَّ اللهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ من العافية والنعمة. حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ من الأحوال الجميلة بالأحوال القبيحة Artinya “Sesungguhnya Allah tidak mengganti sesuatu yang ada pada kamu dari kesehatan dan kenikmatan sampai mereka mengubah dengan individu mereka dari keadaan yang baik dengan keadaan yang buruk. Al-Baidhawi, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, [Daru Ihyait Turats al-Arabi Beirut, juz 3, hal. 183 Menjadikan ayat tersebut untuk memotivasi orang agar berbuat yang terbaik dan berjuang maksimal merupakan langkah positif. Hanya saja perlu dicatat, perjuangan dalam konteks ayat tersebut bukan mengubah yang buruk menjadi baik, tetapi merawat agar anugerah yang baik-baik dari Allah tak berubah menjadi buruk karena perilaku kita. Meski sekilas terlihat mirip, kedua sikap di atas sejatinya berangkat dari paradigma yang berbeda. Yang pertama berangkat dari "keangkuhan" akan potensi diri sendiri, sementara yang kedua berlandaskan pada keyakinan bahwa semua yang Allah berikan pada dasarnya baik, dan kita berkewajiban memeliharanya dengan baik. Poin terakhir ini mengandaikan ketergantungan yang kuat kepada Allah subhanahu wata'ala. Wallahu a’lam. Ustadz Ahmad Mundzir, pengajar di Pesantren Raudhatul Qur’an an-Nasimiyyah, Semarang, Jawa Tengah .
  • uznw7n8ncu.pages.dev/810
  • uznw7n8ncu.pages.dev/402
  • uznw7n8ncu.pages.dev/797
  • uznw7n8ncu.pages.dev/422
  • uznw7n8ncu.pages.dev/595
  • uznw7n8ncu.pages.dev/737
  • uznw7n8ncu.pages.dev/168
  • uznw7n8ncu.pages.dev/224
  • uznw7n8ncu.pages.dev/58
  • uznw7n8ncu.pages.dev/732
  • uznw7n8ncu.pages.dev/790
  • uznw7n8ncu.pages.dev/987
  • uznw7n8ncu.pages.dev/498
  • uznw7n8ncu.pages.dev/523
  • uznw7n8ncu.pages.dev/129
  • apa yang allah kehendaki untuk kamu ubah